Mohon tunggu...
Shofia Usman
Shofia Usman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pernikahan Jariyah dan Desainer Grafis

lahir di Pasuruan 29 september 1989

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanggung Jawab Orangtua terhadap Anak Menurut Islam

4 Mei 2021   13:30 Diperbarui: 4 Mei 2021   13:36 2192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Tanggung jawab orangtua terhadap anak. Seperti apakah tanggung jawab orang tua itu? Sebelum saya membahas lebih perinci tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak. Saya akan membahas posisi manusia sebagai khalifah.

Dalam QS.Albaqoroh:30

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan 

kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Dalam ayat di atas kita fokuskan pada kata khalifah. Khalifah artinya pemimpin. Jadi setiap bayi yang lahir otomatis adalah calon pemimpin. Saat manusia sudah baligh dan tamyis maka sejak saat itu statusnya adalah resmi menjadi pemimpin walau tidak mengikuti pencalaonan apaupun pilkada pilbupati, pilrah pilrt, pilrw. Dia adalah pemimpin. Dan pemimpin itu memiliki tanggungjawab. Apakah tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi?

Manusia sebagai khalifah tidak sama dengan binatang. Binatang

Makan, minum tidur kawin, sudah bahagia. Sementra manusia sebagai kahlifah tidak cukup itu saja, manusia memiliki pemikiran yang kompleks, yang merupakkan bekal dari Allah untuk menjadi pemimpin di bumi, memakmurkan bumi. Sehingga ukuran kebahagian atau kepuasan manusia dan binatang itu berbeda. Manusia sejak lahir sudah memiliki insting sebagai pemimpin. Jadi wajar jika semua yang ada di bumi seperti hewan tumbuhan lahan dikelola dan di kendalikan oleh manusia dalam batasan yang sudah Allah buat.

Dalam masalah kepemimpinan nabi Muhammad SAW menjelaskan di dalam hadis yang berbunyi:

 Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut." Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan  setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya (H.R. Bukhori)

Sekarang pertanyaannya di manakah posisi orang tua?

Orang tua adalah penghasil pemimpin dalam segala bidang

Bukankah segala kepimimpinnan berawal dari rumah tangga. Ayah dan ibu maka lahirlah calon pemimpin.

Imam Abu Laits menceritaka kisah seseorang yang mengadu kepada Sayyidina Umar bin Khattab RA berkata: "Putraku ini durhaka kepadaku." Maka Umar berkata kepada anak lelaki itu: "Apakah kau tidak takut kepada Allah? Engkau telah berbuat durhaka terhadap ayahmu, engkau tahu kewajipan anak untuk orang tuanya (begini dan begitu)".

Lalu anak itu bertanya: "Ya Amirul Mukminin, apakah anak itu tidak berhak terhadap ayahnya?" Jawab Umar: "Ada hak yakni harus memilihkan ibu yang bangsawan, jangan sampai tercela kerana ibunya, harus memberi nama yang baik, harus mengajari kitabullah".

Maka berkata anak itu: "Demi Allah, dia tidak memilihkan untukku ibuku, dia membeli budak wanita dengan harga 400 dirham dan itu ibuku. Dia tidak memberi nama yang baik untukku, saya dinamai "kelelawar jantan" dan saya tidak diajari kitab Allah walau satu ayat". Maka Umar menoleh kepada ayahnya dan berkata: "Engkau telah durhaka kepada anakmu sebelum ia durhaka kepadamu. Pergilah engkau dari sini"

Asysya'bi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah akan merahmati kepada ayah yang membantu anaknya untuk berbakti taat kepadanya, yakni tidak menyuruh sesuatu yang dikhawatiri anak itu tidak dapat melaksanakannya".

Tanggung jawab orang tua terhadap anak:

"Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian." (HR. Abu Dawud).

Terkait pemberian nama yang baik ini sesuai hadits Nabi riwayat Abu Dawud, yakni kewajiban orang tua terhadap anak untuk memberikan nama anak sebaik mungkin artinya.

HR Tirmidzi juga menyatakan bahwa Rasulullah sangat perduli terhadap memberikan nama yang baik untuk anaknya.

Sehingga beberapa kali ketika beliau menemukan nama yang tidak layak, tidak mengandung arti yang kurang baik, maka Ia akan mengubah dan mencari nama terbaik untuk anaknya.

Jadi kewajiban orang tua terhadap anak adalah  memberikan nama anak yang mengandung doa untuk kebaikan dirinya.

Kemudian, Memberikan asi menjadi kewajiban ibu dalam keluarga dalam memberikan kasih sayang pada anaknya.

Dalam QS.Al-baqoroh:

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuannya." (QS. Al-Baqarah: 233).

Tidak diragukan lagi kalau ASI adalah makanan pertama bayi yang besar manfaatnya. Ibnu Sina, seorang dokter kenamaan Islam menegaskan kalau penyusuan alami memiliki manfaat.

"Seorang bayi sebisa mungkin harus menyusu dari air susu ibunya. Sebab, mengulum puting susu ibu terkandung manfaat yang sangat besar dalam menolak segala sesuatu yang rentan membahayakan dirinya."

Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy dari Nabi shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Tiada satu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada anaknya selain pengajaran yang baik."

Ini bermakna kewajiban orang tua terhadap anak adalah hal yang utama untuk mengajarkan kebaikan serta memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Baik pendidikan Islam namun juga duniawi.

Pendidikan dunia dan akhirat itu penting keduanya tidak boleh di tinggalkan. Dunia adalah saat ini yang sedang di jalani sementara ahirat adalah yang akan di jalani sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Saling berhubungan seperti dua kaki kita. Yang berjalan saling beriringan. Dunia kaki kiri akhirat kaki kanan. Tentunya kita tidak ingin memiliki anak yang pincang dalam kehidupanya. Ibarat orang berjalan dengan dua kaki jauh lebih mudah ketimbang berjalan dengan satu kaki, dia akan mudah terjatuh dan 

celaka. Kita harus berfikir cerdas bahwa ilmu dunia penting karena ilmu dunia yang di imbangi dengan ilmu agama insyaAllah akan memudahkan jalan ke surga. Jangan samapai kita sebagai orang tua focus pada satu saja. Dunia saja lupa akhrat. Atau akhirat saja lupa dunia. Dunia tanpa ilmu akhirat akan mempermudah jalan keneraka. Sebab anak yang tak mengenal agamanya akan mengunakkan hartanya untuk maksiat. Sementara anak yang mengenal ilmu akhirat saja missal hanya bisa ibadah tapi tidak memiliki ilmu untuk bertahan hidup. Dia akan mudah terjatuh juga kepada kemaksiatan. Berapa banyak anak atau orang yang rela menukar sholatnya, hijabnya untuk pekerjaan untuk  mencari sesuap makan. Lalu siapa yang salah? Ingat nabi Muhammad beserta para sahabat memperjuangkan agama islam tersebar sampai kepada kita tidak cukup bermodal jiwa dan raga. Namun juga harta yang tidak sedikit bahkan sampai menguras harta beliu demi tegaknya agama islam. Mari jadi orang tua yang cerdas, sebab ada tanggung jawab besar yang harus anda pertanggung jawabkan di hadapan Allah.

Dalam qur'an surat An-nisa' :Ayat 9

Terjemahan

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.

Firman itu terdapat dalam surah an-nisa yang artinya perempuan,   kenapa ayat itu berada pada surah an-nisa. Ada hikmah besar, pesan  kepada kaum wanita, ibu, sebagai madrahsah pertama bagi anak.  Ibu memiliki tanggung jawab terhadap kesuksesan anak baik di dunia terlebih lebih di akhirat. Wanita adalah tiang negara. Wanita memiliki 3 keutamaan dibanding ayah. Apa keutamaan itu? Mengandung, melahirkan menyusui.

Doa ibu terhadap anaknya seperti doa nabi kepada umatnya mustajabah, ridho Allah bergantung kepada ridho orang tua.

Jadi lahirnya generasi yang lemah tergantung kepada ibu bapaknya terutama ibu. Ayah akan dimintai pertanggung jawaban karena tidak bisa mendidik istrinya, istri akan dimintai pertanggung jawaban karena tidak bisa mendidik anaknya.

Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ali radiyallahu 'anhu, bersabda:

"Ajarkanlah tiga hal kepada anak-anak kalian, yakni mencintai nabi kalian, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Quran. Sebab para pengusung Al-Quran berada di bawah naungan arsy Allah pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naunganNya, bersama para nabi dan orang-orang pilihanNya. Dan, kedua orang tua yang memperhatikan pengajaran Al Qur'an kepada anak-anak mereka, keduanya mendapatkan pahala yang besar."

Kewajiban orang tua terhadap anak yang harus dipenuhi ialah memberi nafkah dan makanan yang halal.

Kewajiban ini lebih tepatnya adalah kewajiban sebagai ayah dalam keluarga.

Seperti sabda Rasulullah SAW kepada Sa'ad Bin Abi Waqhas, "Baguskanlah makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan."

Berusaha memberikan nafkah dan makanan yang halal pada anak-anak penting untuk dilakukan. Misalnya dalam memberi kasih sayang yang sama terhadap masing-masing anak. Kasih sayang orang tua merupakan hak setiap anak dan harus diberikan secara adil. Makanan yang hal dikonsumsi anak, maka akan membawa keberhakan untuk keluarga.

Selain itu dalam surat Al- Baqarah ayat 168 Allah SWT berfirman, yang artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 168)

Dari dalil yang telah disebutkan hendaknya kita memberikan makanan untuk anak kita makan yang halal baik secara wujudnya seperi binatang yang dihalalkan, halal dari segi proses penyembelihan jelas, halal dari proses mendapatkannya bukan hasil mencuri, menipu atau riba. Baik dari segi gizi dan cara memperolehnya bukan dari mengemis yang dianggap sebagai profesi. 

Menikahkan dengan Calon Suami/Istri yang Baik

Kewajiban orang tua terhadap anak lainnya adalah wajib untuk orang tua menikahkah anak dengan pasangan yang bertutur sikap baik.

Sebagaimana firman-Nya, "Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya." (QS. An-Nur: 32).

Maka dengan ini, anak akan mendapatkan keturunan dan kasih sayang yang baik dalam pasangannya.

Menikahkan adalah kewajiban orang tua. Lalu bagaimana jika orang tua tak mampu mencarikan pria atau wanita yang baik untuk anaknya. Maka solusinya buatlah anak laki laki anda menjadi idaman wanita baik-baik. Minimal ada wanita baik yang mau dengan anak laki-laki anda. Dengan memberikan pendidikkan yang terbaik sesuai dengan kemampuan anda. Sebagai contoh  anda tak mampu menyekolahkan di sekolah yang mahal. Setidaknya anda membekali satu ilmu dunia saja yang sesuai dengan bakat anak anda, dan lebihkan ilmu akhiratnya. Sebab untuk memperoleh dunia tidak perlu serba bisa, cukup anak anda ahli dalam satu bidang di atas rata-rata dan doakan selalu beri dukungan, perkataan yang baik-baik insyaAllah anak anda akan mandiri dan bisa menambah ilmu di tempat Pendidikan yang lebih baik. Wanita mana sih yang tidak senang dilamar pria yang soleh lagi mandiri.

Begitu juga jika anda memliki anak perempuan, muliakan dia seperti anda memuliakan perhiasan anda. Anda saja tidak mau dan sangat keberatan jika perhiasan anda ditawar murah, anda simpan dengan penuh hati hati agar tidak di curi orang, anda perlakukan perhiasan emas anda dengan perlakuan yang special. Kenapa anda perlakukan anak perempuan anda dengan sembrono, tak berharga anak perempuan anda?. Jika menurut anda, anak perempuan anda tidak berharga. Ingat Allah sangat menghargai wanita dengan menyebut wanita adalah perhiasan. Dan perhiasan itu dititipkan kepada anda. Lalu anda lukai hati anda perlakukan hina anak perempuan anda.Surga mMana yang merindukkan anda? Syafa'at siapa yang anda harapkan? 

Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam datang dan masuk kepada kami, aku beritahukan kisah ini kepadanya. Kemudian beliau berkata, "Barangsiapa yang diuji dengan mendapatkan anak perempuan kemudian ia berbuat baik kepada mereka (dengan mendidiknya) maka anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari sentuhan api neraka". (HR Bukhari dan Muslim).

Tidak Memarahi Anak dalam Mendidik

Kewajiban orang tua terhadap anak berlaku juga mendidik anak dengan kasih sayang tanpa memarahinya.

QS At Taghaabun 64:14-15 antara lain menyerukan kepada orang mukmin, agar memaafkan serta tidak memarahi dan juga mengampuni anak-anak dan bersabar ketika menghadapi kenakalan anak-anak, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sudah kewajiban ibu dan ayah untuk sabar dalam mendidik dan memberikan kasih sayang pada anaknya.

Anak adalah insan yang tumbuh kembang dan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik dari fisik dan perilaku dalam menuju dewasa.

Memarahi anak bukanlah solusi malah menjadi cikal bakal serapah tanpa control, sebab di dalam marah ada saython yang menambah amarahmu.

Jika anda bersabar dengan anak anda, maka anak anda bersyukur memiliki orang tua seperti anda.

Kesimpulannya adalah kewajiban orang tua adalah:

  • Mencarikan ibu yang baik bagi anaknya  tanggung jawab ayah
  • Memberikan nama yang baik
  • Memberikan asi pada anaknya tanggung jawab ibu
  • Memberkan gizi yang baik untuk perkembangan tumbuh kembang anak
  • Memberikan Pendidikan yang terbaik buat anak dunia terlebih lebih akhirat
  • Menikahkan anaknya yang sudah dewasa dengan  wanita/lelaki baik-baik

Orang tua yang sukses adalah orang tua yang mampu menghantarkan anaknya sebgai khalifah yang sesungguhnya, memakmurkan bumi sesuai syari'at islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun