Seorang "publik figure/pejabat publik"biasanya memilih kehidupan privacy bukan menjadi konsumsi publik,yang diinginkannya biasanya terkait profesinya saja yang bisa diakses oleh publik.
Rasa ingin tahu warga terhadap publik figure/pejabat publik"mendorong munculnya profesi baru,yaitu wartawan gosip,yang sering disebut dengan istilah "Paparazzi" yang berusaha menampilkan "privacy"pejabat publik tersebut,tentunya yang dinilai mampu meraih perhatian publik.
Gaya hidup glamour,menjalin hubungan gelap,punya harta melimpah,suka dugem dsb dsb biasanya jadi sumber gosip yang nilai beritanya sangat tinggi dikalangan penggemar gosip.
Ketika Anies Baswedan punya bukti banyak tentang "privacy" warga dan bukti tersebut cenderung tidak sepantasnya diungkap,muncul pertanyaan....lalu apa bedanya wartawan Paparazzi dengan Anies Baswedan selaku Gubernur???
Apakah pantas negara,aparat negara,pejabat publik memata matai "privacy" warganya??
Bicara memberantas penyakit masyarakat(pekat) sudah ada aparat penegak hukum yang memang oleh UU dapat amanah untuk menegakkan aturan.
Tapi Gubernur kok mau mengurusi "pekat",apa tidak "berlebihan/melampaui batas???"....
Persoalan Jakarta memang beragam,berat,sulit,rumit dan sangat pelik,bila mau dituruti,tidak ada habisnya waktu,tenaga,pikiran,biaya untuk hadapi persoalan tersebut,ujung ujungnya jatuh sakit,sedang persoalannya belum tentu tuntas.
Masa jabatan Gubernur cuma 5 tahun,bisa diperpanjang 5 tahun lagi bila bisa menang dalam PEMILUKADA,sangat singkat dibanding persoalan yang dihadapinya.
Membuat skala prioritas,dengan fokus masalah publik,tidak mencampuri privacy warga,mensinergikan  potensi yang ada,disaat yang sama bisa membatasi diri dalam bekerja ,cukup istirahat,urusan diri dan keluarga juga diperhatikan dsb dsb...adalah pilihan bijak.
Sekeras apapun dalam bekerja,sebanyak apapun yang mau diurusi tetap ada saja yang kurang,bila begitu adanya ngapain. mau melibatkan diri soal privacy kehidupan warga???