Dibilang sederhana memang sederhana tapi dibilang rumit ya memang rumit,berawal dari selip lidah Ahok terkait surat Al Maidah ayat 51 maka peristiwa tersebut bergulir,sebagai pemeluk non muslim jelas pemahaman Ahok soal Quran memang kutang,gagal paham Ahok soal Quran tersebut berujung pada salah ucap Ahok dan berujung " ketersinggungan sebagian umat Islam pada Ahok.
Ketika salah ucap Ahok yang disampaikan di Forum terbatas kemudian menyebar viral di media sosial dan " momennya " disaat jelang Pilkada Jakarta 2017 dimana posisi Ahok sebagai calon Gubernur petahana dengan tingkat popularitas dan elektabilitas tinggi,maka jadi peluang untuk lakukan " kampanye negatif " agar keterpilihan Ahok merosot.
Dramatisasi salah ucap Ahok adalah pintu masuk untuk " menyerang " titik lemah Ahok,bahasa " toilet " Ahok pun kian nyebar dan nyerang Ahok,kasus dugaan korupsi Ahok digoreng habis habisan sehingga sisi negatif Ahok yang belum tentu benar nyebar viral dan itulah yang sedang terjadi nimpa. Ahok.
Hanya karena salah ucap Ahok tapi nimbulkan reaksi " luar biasa " nimpa Ahok sungguh tidak terbayangkan oleh siapapun juga termasuk Ahok sendiri,lha cuma " omongan " saja masak sih sampai begitu luar biasa " ketersinggungannya " ???padahal Ahok sudah mengakui kesalahannya,Ahok sudah lakukan klarifikasi dan minta maaf......lalu mau apalagi?????
Sikap " empati " mungkin sangat dibutuhkan dalam kasus Ahok ini,seandainya saya,anda dan kita semua berada pada posisi Ahok bagaimana????kita sebagai manusia biasa tidak bisa lepas dari kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja,disaat yang sama kita juga melakukan " kebenaran " baik disengaja maupun tidak disengaja.
Saya termasuk yang berpendapat bahwa Ahok lebih banyak melakukan kebaikan dibanding keburukan dan sangat tidak adil hanya karena " nila setitik rusak susu sebelanga " dan itulah yang sedang nimpa Ahok.Bertindak adil dalam mensikapi kasus Ahok yang bisa jadi nimpa kita semua sangatlah bijak......seolah Ahok dalam posisi " dizalimi " karena salah ucap Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H