Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti Momongan

20 Desember 2023   12:20 Diperbarui: 20 Desember 2023   12:27 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Esok sorenya kami ke dokter Dessy. Pasiennya lumayan banyak. Elma termasuk antrean ke tiga puluh. Untuk program kehamilan Elma harus menjalani sepuluh kali terapi. Apa pun yang dokter sarankan kami siap mengikutinya. Elma diobservasi dan diberi terapi penghangatan pada bagian perut. Obat yang diresepkan dokter Dessy kami tebus dan Elma meminumnya. Sesuai jadwal, pekan berikutnya kami kembali dan Elma diberikan terapi penghangatan pada bagian perut. Itu terhitung terapi pertama. Terapi kedua dan seterusnya berselang sepekan.

Setelah terapi kelima, tiga hari berikutnya dalam perjalanan pulang kerja aku iseng membeli tespek paling murah seharga lima ribu rupiah. Sekali lagi aku cuma iseng, siapa tahu hasilnya positif, pikirku. Elma mengetes air kemihnya. Ternyata hasilnya di luar dugaan, yakni muncul garis dua, yang berarti positif. Kami kaget, gembira dan terharu. Namun  rasa itu kami tahan, khawatir tespek murah itu tidak akurat.  

Rasanya kami tidak percaya dengan fakta itu. Mumpung belum terlalu malam, aku pergi ke apotek untuk membeli tespek merek lain. "Yang paling mbak," kataku. Ternyata yang paling mahal harganya tujuh belas ribu. Aku membelinya dua buah. Sampai di rumah, malam itu juga digunakan. Hasilnya positif. Satu lagi digunakan pagi saat Elma belum makan dan minum. Ternyata hasilnya positif juga. Kutahan Elma agar tidak mengabarkan hal itu kepada orang tuanya di kampung sebelum dokter menyatakan kepastian hamilnya.

Sementara itu, meskipun obat dari dokter Heru sudah habis belum ada keinginanku untuk kembali memeriksakan diri, terutama karena belum ada dana yang cukup. Kami lebih fokus kepada penanganan Elma.

Sesuai jadwal Elma kembali memasuki ruang praktek dokter Dessy. Ketiga tespek bergaris dua ditunjukkan kepada dokternya. "Wah, semua positif. Coba kita periksa yah." Dokter Dessy memeriksa Elma dengan USG. Pada layar monitor tampak tanda kehamilan. "Selamat yah."

"Alhamdulillah," ucap kami spontan. Kami gembira bukan main. Kupeluk Elma. "Terima kasih Kakak." Air mata Elma menetes.

"Terapinya cukup yah, tapi ada obat yang harus diminum." Dokter Dessy menulis resep.  Untuk selanjutnya Elma dipersilakan melaksanakan kontrol secara berkala.

Keberhasilan ini Elma kabarkan kepada keluarga di kampung. Mereka senang dan bersyukur. Teman-teman di kampung yang terkoneksi melalui media sosial pun  menanyakan hal itu untuk memastikan kebenarannya. Pada akhirnya mereka mengucapkan selamat.

Hari-hari berlalu, sekira usia bayi dalam kandungan mencapai tiga bulan Elma mules-mules dan segera dilarikan ke bidan terdekat. Ternyata Elma mengalami keguguran. Seketika kami berduka. Perjuangan melelahkan, terutama Elma, seakan sia-sia. Dalam kesedihan dan kecewa Elma masih merasakan kebahagiaan dan bersyukur. Karena baginya Tuhan telah memberikan bukti bahwa dirinya tidak mandul dan masih ada kemungkinan kembali hamil.

Kondisi yang mengkhawatirkan pasca keguguran mengharuskan Elma dirawat di rumah sakit. Dan pada akhirnya dokter mengambil tindakan terbaik berupa kuretase untuk membersihkan sisa-sisa kehamilan dalam rahim. Kendati merasakan sakit, beruntung semuanya berlangsung tanpa hambatan berarti sampai Elma kembali ke rumah.

Kondisi kesehatan Elma berangsur membaik hingga aktivitas sehari-hari berjalan sebagaimana biasanya. Belum ada rencana untuk menerapkan program kehamilan. Namun tips-tips agar cepat hamil seperti mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat tetap dilakukan Elma. Sekira tujuh bulan berlalu Elma mengalami mual-mual. Segeralah aku membelikan tespek paling mahal yang ada di apotek terdekat dan terlengkap. Walhasil, garis dua. Elma positif hamil.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun