Baru beberapa ratus meter meninggalkan tempat kerja, ponselku berdering. Aku segera menepi. Sepeda motor kumatikan. Ternyata yang menelepon adalah istriku. Dengan suara tergopoh-gopoh dia mengabarkan bahwa Bang Jimat, tetangga kami mendapat hadiah langsung mobil keluaran terbaru.
Mereknya seperti yang dipakai ketua DPR dan menabrak tiang listrik beberapa waktu lalu. Mengejutkan. Â Kuponnya didapati dari dalam kemasan sabun cuci. Seperti halnya istriku, akupun tidak begitu gembira mendengar kabar itu. Segera kusudahi percakapan kami dan akan dilanjutkan di rumah.
Baru saja aku mau tancap gas, tiba-tiba terdengar bunyi SMS masuk. Khawatir ada hal penting, segera kubuka. "Selamat nomor SIMcard anda resmi meraih hadiah ke-2 Rp 175 jt...." Tak kuteruskan membaca. Aku tidak percaya. Aku teringat pada ucapan selamat semacam itu yang kuterima sebelumnya.
Selamat, Anda terpilih menerima Bonus USD 50 jika mendaftar FBS hari ini. Ada lagi: Selamat ya! Kamu dapat berkesempatan memenangkan total hadiah 50 juta di ..... Aku mulai kebal terhadap hal seperti itu. Orang seenaknya saja mengirim pesan berisi iming-iming hadiah sampai ratusan juta rupiah tanpa melihat siapa yang dikiriminya.
Kuteruskan perjalanan dengan laju lebih cepat agar segera tiba di rumah. Pikiranku tertuju pada kabar keberuntungan tetangga kami. Aku berharap kabar itu tidak benar. Sesunguhnya aku terjalari perasaan iri yang tak mudah kutepiskan.
Apa pula kata ibu mertuaku nanti. Pasti dia akan mengoceh seperti yang sudah-sudah: Kerja sudah bertahun-tahun, hasilnya dapat anak doang. Lihat tuh orang-orang,beli sabun cuci saja hasilnya mobil baru.Mujur nasibnya. Dasar kalian, makan jeruk di kebun pandan, nasib buruk di kandung badan.Ibu mertuaku itu memang terlalu peduli, apa pun dikomentari, walau komentarnya seringkali tidak menyejukkan hati. Seperti kurang kerjaan saja. Beginilah repotnya tinggal di kawasan kompleks mertua indah.
Aku terus memikirkan cara agar mobil hadiah itu jatuh ke tangan kami tanpa menggunakan cara kekerasan. Biasanya terhadap pemenang dikenakan pajak. Andai dua puluh persen untuk mobil baru bukan jumlah duit yang sedikit bagi tetangga kami itu. Aku berharap Bang Jimat mau menjual mobilnya dengan harga murah. Setibanya di rumah aku disambut wajah cemberut istriku. Sebuah SMS masuk, segera kubuka: .... Â
"Benar Mpok Anah dan Bang Jimat mendapat hadiah mobil?" Aku penasaran.
"Aku lihat sendiri kupon dan brosurnya asli."
"Yakin?"
"Seratus persen yakin."