Mohon tunggu...
KKNT UNDIP x Exovillage Suruh
KKNT UNDIP x Exovillage Suruh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UNDIP

kami mahasiswa undip sekolah vokasi jurusan D4 Rekayasa Perancangan Mekanik yang sedang KKN di Desa Suruh Kabupaten Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

KKN Tematik Undip x Exovillage di Desa Suruh Kabupaten Semarang

27 Januari 2022   14:00 Diperbarui: 27 Januari 2022   14:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Desa Suruh merupakan desa yang masuk di Wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Desa suruh merupakan ibukota pemerintahan Kecamatan Suruh yang membawahi 17 desa. Desa Suruh memiliki 10 Dusun dengan 8 kadusan, 11 RW dan 58 RT. Secara geografis, Desa Suruh adalah daerah pemukiman dan persawahan.

Sejarah berdirinya Desa Suruh bermula pada tahun 1755 yaitu Perjanjian Gianti pada masa pecahnya kekuasaan Wilayah Kerajaan Mataram Islam. Salah satu Ulama berdarah Ningrat bernama Raden Setiyo Manggolo, yang merupakan murid dari Kyai Mas Ngabehi Astra Wijoyo atau sering disebut Kyai Encik Domo melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan cara memilih keluar dari pusat ibukota dan memilih hijrah.

Dalam perjalanan mencari tempat tinggal baru maka sampailah di salah satu hutan kecil arah timur umbul Senjoyo atau Desa Tingkir yang pada saat itu sudah terbentuk peradaban cukup ramai, Setelah berada di daerah inilah kemudian Raden Setiyo Manggolo bersama pada pengikutnya membabat hutan kecil dan membangun pemukiman yang selanjutnya diberi nama Desa Suruh.

Diyakini rumah prabon tempat tinggal Raden Setiyo Menggolo beserta keluarganya terletak di Dusun Pandean, Sedangkan Punggawa Raden Gus Kento Sastra bermukim di daerah Dusun Kauman dan Punggawa Raden Gus Kento Sahab bermukim Dusun Banggirejo sementara pada abdi dalem dan santri membuat rumah Magersari di sekitar ndalem poro ndoronya masing masing.

Setelah cukup banyak penduduk yang bermukim di Desa Suruh untuk lebih meramaikan Desa selanjutnya Raden Setiyo Menggolo membuat kios / warung yang dalam perkembangannya menjadi pusat perniagaan yang sekarang menjadi Pasar Suruh. Setelah penduduk yang bermukim semakin banyak maka sebagai media Dakwah Raden Setiyo Menggolo bermaksud mendirikan masjid yang pada awalnya akan dibangun disekitar rumahnya di Dusun Pandean, Namun setelah berkonsultasi dengan gurunya yaitu Kyai Mas Ngabehi Encik Domo maka pada akhirnya disepakati Masjid Besar Suruh dibangun di Dusun Kauman karena disekitar wilayah tersebut ada Umbul air atau Sendang yang dapat dipergunakan untuk keperluan Masjid. Itulah cerita sedikit sejarah dari Desa Suruh.

Setelah mengetahui sejarah dari Desa Suruh, selanjutnya ada potensi wisata di Desa Suruh. Pertama ada Bukit Gumuk Mendro. Bukit ini biasanya didatangi oleh anak anak kecil untuk melihat senja pada sore hari karena pemandangannya yang indah. Bukit Gumuk Mendro ini belum terkelola dengan baik sehingga masih banyak orang yang tidak tahu keberadaan dari Bukit Gumuk Mendro tersebut.

Kedua, Umbul atau Sendang pateran. Umbul tersebut biasanya digunakan anak-anak kecil untuk mandi pada sore hari dan untuk pagi hari digunakan warga setempat untuk mencuci pakaian. Oleh pemerintah Desa Suruh dibuatkan kolam Renang secara gratis untuk warga Desa Suruh yang ingin berenang di Umbul atau Sendang Pateran ini. Potensi wisata desa di Umbul ini sangat bagus karena memiliki sumber mata air yang jernih sehingga sumber mata air tersebut dimanfaatkan untuk pengairan irigasi dan dipakai untuk mencukupi kebutuhan air di warga sekitar Desa Suruh.

Ketiga, 2 masjid peninggalan walisongo yaitu Masjid Besar Suruh dan Masjid Baiturrahim. Di masjid tersebut terdapat peninggalan Walisongo yaitu jam matahari, yang di pergunakan untuk menentukan waktu sholat. Masjid tesebut digunakan warga sekitar untuk ibadah. Masjid Besar Suruh menjadi ikon dari Desa Suruh karena salah satu menjadi wisata religi peninggalan Walisongo.

Setelah Potensi Wisata Desa, Selanjutnya ada potensi UMKM di bidang kuliner, souvenir, ataupun dibidang peternakan. Di Bidang kuliner seperti penjualan Sate sapi suruh, Roti kacang, Kerupuk, Dodol khas suruh, Gula jawa dan produksi Tahu. Sedangkan di bidang souvenir ada konveksi penjualan pakaian wanita yaitu di toko Anjani, penjualan alat mainan anak TK di toko Addintoys dan pengrajin kayu menjadi barang unik di tempatnya pak Arif. Untuk di bidang peternakan ada peternakan kelinci, peternakan lele, dan peternakan ayam pheasant.

Maka dari itu mahasiswa Universitas Diponegoro mengambil Kuliah Kerja Nyata Tematik ( KKN-T) Universitas Diponegoro X Exovillage ke desa dalam upaya menggali potensi desa yang ada. Kegiatan KKN-T tersebut mengusung tema “Pemetaan Potensi Desa dalam Upaya Pencapaian SDG’s” yang bertujuan untuk mengoptimalkan setiap potensi desa yang dimiliki dengan cara memaksimalkan penggunaan platform digital. Program ini diharapkan dapat memulihkan perekonomian secara bertahap dengan melihat peluang besar digitalisasi yang bisa memperluas pasar.

Pada kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat melatih dan mensosialisasikan kepada masyarakat desa manfaat dari penggunaan teknologi digital khususnya platform Exovillage. Exovillage merupakan inovasi berbasis digital berupa start-up yang membantu desa dalam mengekspos dan mempromosikan potensi yang dimiliki kepada masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas tanpa memandang batas lintas daerah.

Platform Exovillage berisi mengenai spot-spot potensi desa mulai dari Destinasi, Aktivitas, Biro Tour, Toko Souvenir dan terdapat marketplace untuk memasarkan produk olahan maupun kerajinan masyarakat lokal.

Kegiatan KKN Tematik UNDIP x Exovillage berlangsung selama 2 bulan dengan membawa 4 program kerja yaitu Program identifikasi potensi desa, Program pemberdaya masyarakat, Program literasi digital, dan Program penyusunan Roadmap pengembangan destinasi wisata.

Pada program identifikasi potensi desa ilakukan observasi dan wawancara bersama perangkat desa dan pelaku usaha UMKM. Lalu didapatkan beberapa potensi desa yang dapat dijadikan tempat wisata seperti Umbul atau Sendang Pateran, Bukit Gumuk Mendro, Masjid Besar Suruh, dan Masjid Baturrahim. Setelah melaksanakan identifikasi dilanjutkan dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dengan cara membentuk kader promosi desa untuk menjadi pionir, dari berbagai pelaku usaha UMKM. Tindak lanjut dari pemberdayaan masyarakat adalah pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan terhadap kader potensi desa oleh mahasiswa dan tim Exovillage.

Mahasiswa mendampingi secara berkelanjutan sejalan dengan program literasi digital terkait dengan pengelolaan akun Exovillage, pengelolaan media digital untuk membranding desa dan membangun komitmen kader potensi desa.

Diakhir KKN Tematik mahasiswa menyerahkan roadmap pengembangan destinasi wisata kepada perangkat desa suruh untuk dijadikan gambaran arah pengembangan desa khususnya di sector pariwisata. Roadmap ini di susun dalam kurun waktu tertentu memaksimalkan pemanfaatan potensi wisata desa. Harapannya dengan diadakan KKN Tematik ini dapat menjadi salah satu upaya kolaborasi pemerintah, masyarakat dan akademisi untuk menciptakan desa mandiri dan dapat dikenal oleh masyarakat luas terhadap potensi Desa Suruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun