Survey diberbagai lembaga surve Indonesia masih menempatkan sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi di posisi teratas, Sedangkan nama Prabowo masih berada jauh di bawah. Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan popularitas Joko Widodo (Jokowi) masih kuat. Survei terhadap 1.400 responden, calon pemilih dalam Pemilu 2014, yang terpilih secara acak di 33 provinsi. Bukan hanya kompas Nama Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto selalu menjadi salah satu tokoh capres yang tertinggi di sejumlah survei nasional. Prabowo hanya kalah oleh popularitas dan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.
Jokowi akan dianggap saingan Prabowo pada saat nyapres di pemilu 2014, maka Jokowi seperti pribahasa tua, memelihara macan di kandang kambing. Pribahasa tersebut dapat dilekatkan pada Jokowi (sang Macan) karena Prabowo termasuk intens mengkampanyekan Jokowi-Ahok di Pilgub DKI yang lalu, Prabowo Subianto telah melakukan blunder politik dengan membawa Joko Widodo (Jokowi) ke Jakarta. Sebab, setelah Jokowi diorbitkan sebagai Gubernur DKI, kepopuleran pria asal Solo itu malah menandingi pamor Prabowo. Kesalahannya, Prabowo datang dari atas, elitis, ketika muncul Jokowi yang datang dari bawah, dari akar rumput, saat ini masyarakat sedang tidak mempercayai keberadaan orang orang elit di tanah air karena politik kotornya. Kesalahan Prabowo adalah mendatangkan Jokowi ke Jakarta justru Jokowi yang merupakan calon kuat presiden pada 2014.
Pribahasa lama di dunia politik yang hingga kini masih dipercaya tetap berlaku adalah: dalam urusan politik tak ada teman abadi, yang ada adalah kepentingan. Didunia politik semua bisa berubah, yang namanya janji politik tak bisa terlalu diharapkan bakal dipenuhi, melihat perkembangan atau situasi. Mengkaitkan anatara deal politik antara jokowi dan Prabowo akan hilang saat memasuki pemilu 2014. Hal tersebut dapat tejadi bila Jokowi dipastikan PDI Perjuangan maju sebagai capres, sudah pasti tidak ada kandidat lain yang mampu menyainginya termasuk Prabowo. Keberadaan Prabowo, yang dikenal oleh masyarakat memang muncul sebagai pemimpin yang sangat fokus, tegas, memiliki kebijakan yang bagus, dan mempunyai ideologi yang jelas. Setidaknya, Prabowo telah lekat dengan petani dan sudah dinasbihkan sebagai presidennya para petani. Namun kesalahan Prabowo beliau berasal dari kalangan elit, bukan dari kalangan masyarakat bawahan.
Seperti diketahui Ketua Umum Gerindra Prabowo Subijanto positif untuk maju dalam pertarungan Pemilihan Presiden pada 2014 mendatang. Namun hingga saat ini dari sejumlah hasil survei sejumlah lembaga, Prabowo selalu kalah dibandingkan dengan Jokowi. Sebaliknya, meski unggul dan memiliki tingkat elektabilitas tinggi, Jokowi belum pasti akan diusung PDIP. Bila pada akhirnya PDIP mengusung Jokowi, maka Praboowo tidak ingin menjadi orang nomer dua seperti pemilu tahun 2009 lalu, Harapan mungkin tinggal harapan karena, Prabowo akan kehilangan momentum pada pemilu 2014 bila jokowi benar maju menjadi capres. Hilangnya momentum untuk prabowo terwujud dengan Santer terdengar bahwa PDIP bakal mengajukan capresnya sendiri, sementara Gerindra sudah sejak awal dan jauh hari sudah menegaskan, Prabowo yang memang memiliki tingkat elektabilitas tertinggi setelah Jokowi (versi survey tentunya) adalah calon presidennya. Jika ini yang terjadi – Jokowi versus Prabowo– maka yang terjadi kemudian pada Pilpres tahun depan dapat diramalkan justru adalah pertarungan yang paling seru.
Sebelum kemunculan Jokowi, Prabowo Subianto selalu memuncaki survei capres. Namun kini cerita berubah, Prabowo tak lagi menjadi capres nomor satu, digeser oleh Gubernur DKI Jakarta yang sedang naik daun tersebut. Kemunculan Jokowi membuat kubu Prabowo deg-degan. Mereka yang awalnya yakin akan mulus di 2014, kini harus berfikir ulang karena ada penghalang bernama Jokowi. Seperti orang yang kebakaran jenggot, maka apa yang terjadi di partai Gerindra pun demikian adanya, Prabowo sepertinya tak punya plan B untuk menagkis kekuatan arus Jokowi yang siap dalam pilpres 2014, karena pada 2009 lalu sudah kalah saat menjadi Cawapres Mega. Ini indikasi akan terjadi pertarungan keras antara kubu Prabowo dan Jokowi. Karena Prabowo sudah tentu tidak mau menjadi cawapres dari jokowi yang dianggap adalah juniornya bahkan Jokowi dianggap orang yang di angkat martabatnya dan populeritasnya oleh Prabowo.
Keberhasilan Jokowi d mata masyarakat bukan hanya kerja kerjanya namun di sertai oleh pernyataan Jokowi yang, mengaku tak mau didikte oleh partai pengusungnya saat terpilih sebagai gubernur. Kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra yang mengusungnya, jauh-jauh hari pria yang kini menjadi Wali Kota Solo itu menegaskan dirinya tipikal orang yang tak bisa disetir partai. Masyarakat memilih Jokowi karena tulus dan tidak terlibat dalam macam macam kasus seperti yang pernah di alami oleh Prabowo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H