Mohon tunggu...
Usman elQurtuby
Usman elQurtuby Mohon Tunggu... Lainnya - Kreator dan Pecinta Seni

Publishing Creatif and Inovatif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam Kontekstual bagi Gen Z: Sebuah Solusi Masalah Kesehatan Mental Masa Kini

4 Desember 2023   11:12 Diperbarui: 4 Desember 2023   11:23 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian pula berarti bahwa jika agama Islam cenderung "gagal" menjadi way of life Gen Z maka ini merupakan kegagalan dari proses pendidikan Islam---sebagai jalan memahami Islam. Kegagalan ini jika merujuk tesis Abuddin Nata pada dasarnya terletak pada pergeseran nilai pendidikan Islam dan kekeliruan dalam proses pembelajarannya. Nata menyinggung bahwa seharusnya pembelajaran agama Islam hendaknya tidak hanya berhenti pada ranah kognitif saja yang kering nuansa ruhaninya, melainkan ditekankan pada pemahaman, penghayatan dan pengamalan (Nata, 2022).

Untuk mewujudkan pembelajaran tersebut, salah satu model yang relevan adalah pembelajaran kontekstual. Model kontekstual ini perlu diterapkan pada setiap mata pelajaran keislaman. Tujuannya adalah agar siswa lebih memahami ajaran agama Islam karena penjelasannya lebih mengena dan dekat dengan kehidupannya. Artinya, ajaran Islam tidak hanya berhenti secara dogmatis saja, namun juga dapat dihayati secara alami. Akhirnya, siswa---dalam hal ini Gen Z---akan melihat bagaimana sejatinya Islam itu dekat dan menjadi solusi bagi setiap persoalannya.

Adapun sebagai langkah pencegahan aktif dan berkelanjutan, penulis melihat setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan pendidikan Islam. Pertama, optimalisasi layanan kesehatan mental berbasis madrasah. Upaya ini berarti bahwa lembaga pendidikan Islam, khususnya madrasah, perlu menghadirkan layanan yang secara aktif siap dan tanggap dalam memitigasi persoalan kesehatan mental. Artinya, dalam hal ini guru Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling (BK) memegang peranan penting. Keduanya perlu bersinergi dalam menjalankan segala proses layanan kesehatan mental.

Kedua, optimalisasi peran medsos sebagai sarana pendidikan Islam. Upaya ini merupakan bagian dari mengisi kekosongan nilai dan ajaran Islam di media sosial. Pentingnya upaya ini mengingat pengguna medsos mayoritas adalah Gen Z, pun menjadi salah satu sebab utama maraknya gangguan mental pada Gen Z karena arus cepat informasi dan ketidakbijakan dalam pemanfaatannya (Yusuf, et.al, 2022). Oleh karena itu, optimalisasi medsos ini menjadi misi penting bagi segenap pengelola pendidikan Islam di Indonesia.

Pada akhirnya, penulis meyakini bahwa Islam adalah solusi dari setiap persoalan. Demikian sebagaimana ungkapan Zakiah Darajat (1967) bahwa satu-satunya cara mitigasi persoalan moral dan mental zaman ini adalah dengan merevitalisasi atau meresapi kembali setiap tuntunan agama. Betapa pentingnya cahaya agama bagi ruhani yang menjadi lentera penerang untuk mengembalikan ketenangan jiwa (al-nafs al-muthmainnah). Ajaran Islam senantiasa relevan, pendidikan Islam juga seharusnya demikian. Wallahu a'lam. []

Referensi

Al-Nahlawi, A. (1979). Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha. Damaskus: Dar al-Fikr.

Arif, A. (2023, Juli 10). Humaniora. Retrieved from Kompas: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/09/krisis-kesehatan-mental-menghantui-generasi-z-indonesia

Darajad, Z. (1967). Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Muhammad, N. (2023, Oktober 5). Kesehatan Mental, Masalah Kesehatan yang Paling Dikhawatirkan Warga Dunia 2023. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia.

Nata, A. (2022). Membangun Pendidikan Islam yang Unggul dan Berdaya Saing Tinggi: Analisis Kebijakan dan Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun