Sering kita mendengar pribahasa melayu tersebut lazimnya begini “Punya anak perawan seperti telur di ujung tanduk” tetapi kenapa pribahasa tersebut saya gunakan untuk profesi salesman....Yo cekidot
Saya pernah diceritakan oleh pak Dedy Budiman, M.Pd salah satu Founder Komisi (komunitas sales indonesia) bahwa profesi sales di indonesia belum banyak diminati, ternyata betul juga, Sebulan yang lalu saya mengisi training Forklift Knowledge di salah satu SMK swasta di bekasi, sebelum materi tentang forklift saya sampaikan saya meminta peserta training untuk menuliskan impian masing-masing
kemudian saya bertanya apakah ada yang bercita-cita seorang pengusaha ternyata banyak yang angkat tangan, namun ketika saya tanya adakah yang bercita-cita menjadi seorang sales,..krik..krik..krik..krik..kontan suasana menjadi hening seketika, hanya suara jangkrik saja yang kedengaran..itupun ilustrasi dari saya...heheheh
Sampai saat ini profesi salesman di Indonesia memang kurang populer untuk dijadikan sebagai tujuan utama para job hunter, padahal menurut Eddy Tjahja technical Advisor Lionjobs.com pelopor bursa kerja Modern Indonesia dan Co-Founder JobsDB.com dalam buku “Bangga jadi orang sales indonesia” yang di tulis oleh founder komisi Pak Dedy Budiman, dalam keadaan ekonomi baik ataupun buruk permintaan akan salesman tetap tinggi contohnya saat krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia banyak PHK terjadi pada berbagai profesi tetapi demand terhadap salesman masih cukup tinggi.
Bagi perusahaan posisi salesman merupakan posisi paling krusial karena hidup mati perusahaan adalah tergantung dari produktivitas departement ini, kinerja perusahaan dimulai dari sini, dari penjualan, dari AR yang yang masuk sebagai hasil dari penjualan produk, dari sisi penilain atau lazimnya disingkat KPI (key performance indicator) posisi salesman adalah paling mudah dan objective karena sudah terukur setiap bulannya mana salesman yang perform dan mana yang tidak,
Itulah yang saya maksudkan kenapa profesi salesman adalah profesi di ujung tanduk, alih-alih salesmannya tidak perform maka management akan mudah “memecat” atau politik halusnya dibuat tidak nyaman dan gerah salesmannya, sehingga dengan sendirinya akan mengundurkan diri.
Untuk menghasilkan produktivitas yang baik diperlukan seorang sales yang handal, berkarakter, tahan banting dan menyukai profesinya tetapi anehnya meski sadar peranan salesman sangat penting masih banyak perusahaan yang tidak memiliki komitment memberikan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi para salesmannya agar kompeten.
Perusahaan menginginkan salesman memberikan kontribusi penjualan yang baik, tetapi tidak diberitahukan bagaimana cara menjual yang baik, negosiasi yang baik, presentasi yang menarik, handling costumer, Closing penjualan, pemahaman karakter konsumen dan lainnya, intinya hanya mau hasil saja tanpa ada proses menanam dan memupuk atau merawat, perusahaan model seperti ini akan tutup buku dengan segera dan ditinggalkan salesmannya, jika tidak melakukan breaktrough yang cepat dan tepat guna meningkatkan skill salesmanshipnya.
Kebanyakan perusahaan menginginkan salesmannya siap pakai pada saat direkrut, cukup dengan diberikan brosur dan sesekali training produk knowledge setelah itu di lepas dijalanan suruh jualan, makanya tidak aneh kalau ada perusahaan yang bongkar pasang salesmannya, atau salesman baru masuk 2-3 hari langsung hilang
Ada yang mengatakan bahwa untuk menjadi salesman yang hebat dan kredible itu memerlukan waktu yang lama, betul saya mendukung pernyataan itu bahwa setiap ilmu apapun yang melibatkan teori (knowledge) dan praktek (skills) untuk menghasilkan skills yang hebat perlu adanya jam “terbang”, bahkan menurut penelitian seseorang memerlukan 10.000 jam latihan atau setara dengan 4, 5 (tahun jika di hitung 8 jam perhari, 22 hari/bulan ) untuk menjadi ahli dibidang tertentu.
Sama halnya dengan profesi sebagai salesman ada teorinya (baca: Knowledge) dimulai dari perkenalan diri, cara memberi kartu nama, cara membuat janji meeting dengan customer, cara presentasi yang efektive, komunikasi, negosiasi, dan closing pejualan hingga penagihan AR, semua ada ilmunya, apapun jenis produk yang anda jual. karena “is not important what kind the gun, but the most important thing is who is using of the gun”.....artinya dilarang merokok,..wkwkwwk.
So,..jangan sangka jadi seorang salesman itu yang penting bisa jualan, tidak Cuma itu dibutuhkan karakter dan mental yang kuat, skill yang memadai dan attitude yg baik sehingga akan terlahir seorang salesman sejati yang dihargai dan dibanggakan serta disegani oleh masyarakat sehingga profesi salesman tidak lagi sebagai profesi yang dipinggirkan. Bangga jadi orang sales indonesia
UsmanEfendi
Forklift Consulting/Training/Motivating
0813.1030.3944, /277EED84
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H