Mohon tunggu...
usman efendi
usman efendi Mohon Tunggu... -

Saya bukan siapa-siapa, hanya manusia pembelajar, mencoba berbagi ilmu dan menambah ilmu untuk kebaikan dunia dan akhirat

Selanjutnya

Tutup

Money

Hati-hati dengan Profesi Salesman “Ibarat Telur di Ujung Tanduk”

11 November 2015   12:46 Diperbarui: 11 November 2015   12:52 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sering kita mendengar pribahasa melayu tersebut lazimnya begini   “Punya anak perawan seperti telur di ujung tanduk”  tetapi kenapa pribahasa tersebut saya gunakan untuk profesi salesman....Yo cekidot

Saya pernah diceritakan oleh pak Dedy Budiman, M.Pd salah satu Founder Komisi (komunitas sales indonesia) bahwa profesi sales di indonesia belum banyak diminati, ternyata betul juga, Sebulan yang lalu saya mengisi training Forklift Knowledge di salah satu SMK swasta di bekasi, sebelum materi tentang forklift saya sampaikan saya meminta peserta training untuk menuliskan impian masing-masing

kemudian saya bertanya apakah ada yang bercita-cita seorang pengusaha ternyata banyak yang angkat tangan, namun ketika saya tanya adakah yang bercita-cita menjadi seorang sales,..krik..krik..krik..krik..kontan suasana menjadi hening seketika, hanya suara jangkrik saja yang kedengaran..itupun ilustrasi  dari saya...heheheh

Sampai saat ini profesi salesman di Indonesia  memang kurang populer untuk dijadikan sebagai tujuan  utama para  job hunter, padahal menurut Eddy Tjahja technical Advisor Lionjobs.com pelopor bursa kerja Modern Indonesia dan Co-Founder JobsDB.com  dalam buku “Bangga jadi orang sales indonesia” yang di tulis oleh founder komisi Pak Dedy Budiman,  dalam keadaan ekonomi baik ataupun buruk permintaan akan salesman tetap tinggi contohnya saat krisis ekonomi  tahun 1998  di Indonesia banyak PHK terjadi pada berbagai profesi tetapi demand terhadap salesman masih cukup tinggi.

 Bagi perusahaan posisi salesman merupakan posisi paling krusial karena hidup mati perusahaan adalah tergantung dari produktivitas departement ini, kinerja perusahaan dimulai dari sini, dari penjualan, dari AR yang  yang masuk sebagai hasil dari penjualan produk, dari sisi penilain atau lazimnya disingkat KPI (key performance indicator)  posisi salesman adalah paling mudah dan objective  karena sudah terukur setiap bulannya mana salesman yang perform dan mana yang tidak,

Itulah yang saya maksudkan kenapa profesi salesman adalah profesi di ujung tanduk, alih-alih salesmannya tidak perform maka management akan mudah “memecat”  atau politik halusnya dibuat  tidak nyaman dan gerah  salesmannya, sehingga dengan sendirinya akan mengundurkan diri.

Untuk menghasilkan produktivitas yang baik diperlukan seorang sales yang handal, berkarakter, tahan banting dan menyukai profesinya tetapi anehnya meski sadar peranan salesman  sangat penting masih banyak perusahaan yang tidak memiliki komitment memberikan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi para salesmannya agar kompeten.

Perusahaan menginginkan salesman memberikan kontribusi  penjualan yang baik,  tetapi tidak diberitahukan bagaimana cara menjual yang baik,  negosiasi yang baik, presentasi yang menarik, handling costumer, Closing penjualan, pemahaman karakter konsumen dan lainnya, intinya hanya mau hasil saja tanpa ada proses menanam dan memupuk atau merawat, perusahaan model seperti ini akan tutup buku dengan segera dan ditinggalkan salesmannya,  jika tidak melakukan breaktrough  yang cepat dan tepat guna meningkatkan  skill salesmanshipnya.

Kebanyakan perusahaan menginginkan salesmannya siap pakai pada saat direkrut, cukup dengan diberikan brosur dan sesekali training produk knowledge  setelah itu di lepas dijalanan suruh jualan, makanya tidak aneh kalau ada perusahaan yang bongkar pasang salesmannya, atau salesman  baru masuk  2-3 hari langsung hilang

Ada yang mengatakan bahwa untuk menjadi salesman  yang hebat dan kredible  itu memerlukan waktu yang lama, betul saya mendukung pernyataan itu  bahwa  setiap ilmu apapun yang melibatkan teori (knowledge) dan praktek (skills)  untuk menghasilkan skills  yang hebat perlu adanya jam “terbang”,  bahkan menurut penelitian  seseorang memerlukan 10.000 jam latihan atau setara dengan 4, 5 (tahun jika di hitung 8 jam perhari, 22 hari/bulan ) untuk menjadi ahli dibidang tertentu.

Sama halnya dengan profesi sebagai salesman ada teorinya (baca: Knowledge) dimulai dari perkenalan diri, cara memberi kartu nama, cara membuat janji meeting dengan customer,  cara presentasi yang  efektive, komunikasi, negosiasi,  dan closing pejualan hingga penagihan AR, semua ada ilmunya, apapun jenis produk yang anda jual.  karena “is not important what kind the gun, but the most  important thing is who is using of the gun”.....artinya dilarang merokok,..wkwkwwk.

So,..jangan sangka jadi seorang salesman itu yang penting bisa jualan, tidak Cuma itu dibutuhkan karakter dan mental  yang kuat, skill yang memadai dan attitude yg baik sehingga akan terlahir seorang salesman sejati  yang dihargai dan dibanggakan serta disegani oleh masyarakat sehingga profesi salesman tidak lagi sebagai profesi yang dipinggirkan. Bangga jadi orang sales indonesia

 

 

UsmanEfendi

Forklift Consulting/Training/Motivating

0813.1030.3944, /277EED84

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun