Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haruskah Diam Menghadapi Kenyataan yang Ada?

25 Oktober 2019   12:08 Diperbarui: 25 Oktober 2019   12:18 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghargai sesama, hilang ditelan kecongkakan, orang dihargai, karena ada maunya atau jabatan dan hartanya. Orang dihargai karena kekuatan dan kekuasaannya. Sebagian orang tua berlagak seperti anak kecil, tidak shalat, tidak puasa, berbuat sesukanya. Orang puasa dia makan, orang sehat ke musholla, masjid, dia di meja judi, di bar. Anak istri ditelantarkan. Istri orang dianggap istri sendiri, suami orang dianggap suami sendiri. Anak dijual seperti buah, gadis dan remaja dijual belikan, sejuta kebejatan melanda Negara ini.

Dunia ini aneh, manusia dijual, manusia dibakar. Anak dikumpulkan untuk meminta-minta. Ajaib, karena perlakuan dan kelakuan. Sebagian orang Indonesia tidak lebih dari kelakuan binatang. Halal haram nanti dulu, yang penting uang. Daging ayang matipun dijual. Jajan kadaluarsa dikemas kembali, kemudian dijual. Adakah anak-anak melewati orang duduk, berdiri, mengucapkan permisi, salam? Langsung melewati begitu saja.

Assalamualaikum diganti dengan hallo, bahkan bro kepada orangtua dan guru. Pada orang tua-tua atau guru disapa dengan hallo, atau sapaan yang modern, tidak beradab. Nama yang diberikan oleh orangtuanya melalui doa selamatan dengan memotong kambing, diganti dengan nama diluar islam. Seperti Boy, Bram, Boker, Horas, Blekir dan nama-nama lainnya yang tidak beradab.

Ketika adzan di mushollah, masjid berkumandang, anak-anak malah berteriak, bahkan orang tua memaki anaknya, tidak menjawab suara azan yang dikumandangkan oleh muazin. Waktu jumat, sekelompok anak muda, sebagian orang tua di kampung sibuk bekerja, nongkrong di pos jaga,kegiatan lainnya, suara baca Qur'an semakin menjauh pada setiap rumah muslim. Rumah diisi dengan suara dangdut, musik barat, bahkan ada rumah yang hanya diisi dengan kegiatan hura-hura sampai larut malam, tanpa memikirkan perasaan warga sekitar.

Menghadapi masalah ini, tentu kita tidak berdiam diri, perlulah mencari solusi jitu, agar krisis-krisis yang ada segera dicarikan langkah praktisnya, sehingga kondisi yang ada kembali ke kondisi normal. Artinya ,meskikah kita diam dengan kenyataan yang ada? Jawabannya, harus! Sebab kalau tidak, mau dibawa ke mana generasi zaman now ini?

Seperti kasus cewek yang ditipu luar dalam, tadi di atas!  Mengapa Melon si mahasiswi itu begitu gampang jatuh cinta? Cewek tersebut lebih mementingkan rasa tinimbang akal. Bagi dia,  lebih mementingkan rasanya, apakah kemudian manis atau pahit, yang penting rasanya dulu!  Pertanyaan kita, "Mengapa akal dikalahkan oleh rasa?" Sebuah pertanyaan yang jawabannya mudah tapi kemudian dipersulit. "Ini adalah ciri orang bodoh", lanjut temanku , sembari menambahkan kalau orang pintar," Usahanya memudahkan yang sulit meski dengan cara yang tidak halal.Oleh karena itu, kata teman saya, "Jadilah orang cerdas, karena orang cerdas tidak pernah mengkhianati ilmunya!"..

Abunawas tidak salah! "Maka kalau mau jatuh cinta, janganlah ke depan tapi jatuhlah ke belakang!" simpul Abunawas dan agar jangan sampai ditipu orang, .  siap payung sebelum hujan. Sebab nanti bakal menyesal ketika sudah terjadi masalah. Itulah makna kata menyesal, selalu datangnya terlambat.Seperti kabar tipu menipu dalam cinta  itu tadi. Lantaran lawan jenisnya begitu ganteng atau cantik,  katakan saja,karena hidungnya mancung, kulitya putih, dan lenggang-lenggoknya yang aduhai, eh... ternyata orangnya tidak sama hatinya mancung, hatinya putih, lenggang lenggoknya putih alias perilakunya tidak lebih dari seorang penipu . Astagfirullah!

Kembali ke sepuluh tanda-tanda zaman di masa yang akan datang yang yang dikemukakan  oleh Thomas Lickona, di atas, memang kita tidak berdiam diri atau mengabaikannya, akan tetapi  harus dicarikan labgkah praktisnya setidaknya harus diwaspadai, tanda-tanda zaman tersebut , sehingga dampaknya tidak kena pada keluarga kita.

Milikilah cinta ! Kalau tidak mau kena dampak dari tanda-tanda zaman di atas! Sebab, "cinta dapat melihat dalam kegelapan. Cinta menunjukkan kita pada jalan kebaikan  dan jalan lurus", kata Muthmainatunisa dalam 44 Kisah Inspiratif,", terrangkum dalam tajuk"Temui Ibu,  Nak Kali Ini " (2013; 82)

Jika demikian, milikilah cinta mulai sekarang! Kalau bukan dari kita, siapa lagi yang memulai dan kalau bukan sekarang sekarang, kapan lagi? Insya Allah kita senantiasa di bawah lindungan-NYA, aamiin. .***).

Sumber bacaan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun