"Kalau itu, bukan masalah buat ananda, Bapak. Dia minta yang lebih"
"Apa itu?' berondongku
"Dia minta cium, Bapak, ananda tidak mau"
"Nah, itu, bagus. Soalnya, ketika ananda beri, soal yang lain pasti dia minta lagi".
"Iya, ananda ingat pesan Bapak, "Pacar boleh, tapi jangan berpacaran, apalagi pacaran", dia mengulang pencerahanku.
Meski demikian, kuminta dia lagi untuk menjelaskan kembali makna ketiga kata itu. Tapi sebelum dia mengulang, dia masih pasang senyum, tapi ada air mata yang mengalir di kedua belah pipinya. Bapak kan sudah jelaskan bahwa pacara itu daun hijau. Berpacaran bermakna melakukan kegiatan dan pacaran maknanya = hasil dari kegiatan.
Lalu, dia diam lagi.Boleh jadi menunggu tanggapanku.
"Bagus, pujiku. Lalu masalahnya, apa hingga kamu menangis?"
Dia mendongak, dan seterusnya, dia buka mulut. Â "Dia, selalu saja hadirkan alasannya, ketika ananda tanya, Â hingga kini aku terlantar". Mengapa terlantar? "Terkait PHP, Bapak".
 "Terkait PHC itu?", tanyaku  berpura ubah konsonan  P menjadi C
"Bukan! Bapak salah mendengar!"