Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartini Hari Ini, Tidak Hanya sebagai Pendamping Kekuatan Pria tetapi Juga Berkarya (1)

25 April 2018   09:14 Diperbarui: 25 April 2018   09:55 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Berdialog-ria bersama Eva Devlina, penyair dari Batam)

Catatan Usman D.Ganggang*)

Kemarin Hari Ulang Tahun (HUT) RA Kartini. Semua orang tahu, bukan saja oleh kaum ibu [perempuan/wanita] tetapi juga kaum lelaki, sama-sama memperingatinya. Tentu bukan saja untuk mengenang jasa-jasa Kartini, tetapi juga menghadirkan upaya, bagaimana sebaiknya, agar kaum perempuan tidak dianggap remeh oleh kaum lelaki.

Harus diakui, masalah gender dari zaman dahulu sampai hari ini belum juga kunjung selesai. Ribuan pakar sudah berkumpul, milyaran dolar telah mengalir, untuk mengatasi ketidakadilan masalah gender, namun hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Kekerasan, penganiayaan, perkosaan, pelecehan terhadap perempuan malah semakin merajalela.

Masalah di atas harus dicarikan langkah praktisnya. Setidaknya dengan upaya seperti itu, masalah yang dihadapi kaum wanita dapat dikurangi. Iya tentu langkah awalnya, kembali ke pribadi-pribadi masing-masing untuk mau berusaha mengubah diri. Kata orang bijak, "Ubahlah cara berpikir Anda, maka dunia Anda akan berubah".

Karena itu, diharapkan kepada setiap individu untuk , khusunya kaum wanita untuk memiliki prinsip hidup. Prinsip yang dimaksud adalah pedoman hidup dalam memaknai hidup dan kehidupan. Tujuannya untuk menjaga diri, agar hidupnya tidak hanya untuk pria akan tetapi juga untuk berkarya.

Jadi prinsip hidup itu penting artinya. Seperti Eva berprinsip dalam memaknai hidup dan kehidupan ini. Menurut dia, "ibarat berteman bunga". Karena itu, jadilah seperti bunga yang mampu menebar keindahan dan wanginya pada dunia dengan penuh cinta walau jalan kebaikan itu , pasti tidak mudah, karena jalan kebaikan akan membawa kedamaian. Walaupun bunga akan layu suatu hari nanti, namun keindahan dan wanginya akan tetap dalam ingatan. "Pada serumpun bunga, kudekap penuh cinta, harumnya tenangkan jiwa"ungkapnya bernuansa puitis dalam menjawab pertanyaan yang diajukan penulis.

Lalu, bagaimana kesan Eva terkait perjuangan Kartini? Harus diakui, kata dia, perjuangan RA Kartini, membuka pintu gerbang bagi wanita untuk meraih impiannya tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang wanita, apakah sebagai ibu atau seorang istri, harus mempertahankan kodrat itu.

Eva juga mengajak Kartini -Kartini masa kini, "Jadilah perempuan hebat dan berakhlak mulia!" pintanya. . Di samping itu, lanjutnya, Kartini-Kartini masa kini, harus mampu membantu suami, mendidik putra putrinya, karena di tangan ibu ibu yang cerdas dan berakhlak mulia akan lahir generasi generasi penerus bangsa yang hebat dan bermoral baik. "Kartini -Kartini masa kini juga mampu berkarya membantu ekonomi keluarga untuk hidup lebih layak di era globalisasi yang penuh persaingan ini", sambungnya.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Lalu kenapa terjun ke dunia sastra? Eva yang masih berdarah Jepara ini, berujar santai,"Hobiku merangkai kata, karenanya aku bergabung di Antologi API yang digarap group sastra majalah sastra maya", desisnya sembari menambahkan," Dan dari sinilah semua berasal. BAHASA KALBU pun tercipta".

Puisi, lanjut dia, adalah bahasa halus yang mampu keluar dari hati maupun pikiran kita ataupun yang memberi inspirasi atas ungkapan kalbu atau pun sindiran- sindiran yang tak mungkin keluar dengan kasar dari lisan kita." Dan yang paling teristimewa dari semua itu, puisi dapat sebagai perantara kita mengetuk nurani kita untuk sadar dan selalu ingat pada Sang Pencipta", .

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dan puisi itu adalah aku, katanya berpuitis," Aku adalah puisi dalam setiap torehan lembar kata kehidupan dunia sekelilingku!". Dan, sudah kubuktikan, "Puisi telah lekat dalam diriku sejak aku SMP dan kini terkadang tercipta bait bait lagu dari kegemaranku membuat puisi ini", sambung Eva berdarah Pati Jawa Tengah, mengakhiri dialog-ria semalam. ***)BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun