Meski kurang puitis, judul puisi karya Saudara kita Filomena C.Soares, namun cukup menyentuh sukma pembaca. Judul singkat tetapi mewakili isi puisi. Judul yang demikian, menurut Drs.Mursal Esten kritikus sastra mutakhir, adalah sebuah lubang kunci untuk menengok keseluruhan makna puisi. Melalui lubang kunci itulah, akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi “Berpisah”, dan Oh Timor Leste” mau mengatakan kepada penikmat/pembaca tentang betapa sedihnya peristiwa perpisahan dan pahitnya penderitaan manakala terjadi suatu kekacauan dalam sebuah wilayah (baca : Timor Leste).
Memilah dan memilih tema tersebut menunjukkan kepekaan penyairnya terhadap sebuah masalah kehidupan khususnya masalah pengungsi (baca Tim-Tim) Persoalannya, tinggal bagaimana mengolah tema tersebut menjadi sebuah puisi yang memenuhi kriteria sebuah puisi yang baik. Nampaknya calon penyair kita ini belum cermat mengolah tema sehingga belum cukup menggugah penikmat untuk larut di dalamnya.
Boleh jadi, karena Saudara Filomena membangun puisinya, meski dengan menggunakan corak puisi lama (baca : pantun dan syair), namun kurang berhasil dalam menentukan mana sampiran mana pula isinya. Sebab yang perlu diperhatikan dalam sebuah pantun adalah harus ada sampiran dan ada juga isinya. Langkah-langkahnya bagaimana? Carilah kata yang berbunyi akhir sama untuk larik (baris ) pertama dengan larik ketiga, begitu juga untuk larik kedua dan keempat. Misalnya: Pertama, pasar dan pensil (sampiran) dan kedua, belajar dan berhasil (isi). Alternatif kalimatnya menjadi: /Kalau Anda pergi ke pasar/Jangan lupa beli pensil// Kalau Anda rajin belajar/Pastilah kelak akan berhasil//.
Berikut penulisannya dalam larik yang biasa:
Kalau Anda pergi ke pasar,
Jangan lupa beli pensil.
Kalau Anda rajin belajar,
Pastilah kelak akan berhasil.
Selain itu, perlu diperhatikan unsur irama (ritme) dan unsur bunyi (rima). Biasanya, keduanya saling mendukung dalam memperindah puisi yang kita ciptakan. Perhatikan pantun berikut ini: /Kuambil buluh sebatang/kupotong sama panjang// Kuraut dan kutimang dengan benang/Kujadikan layang-layang//.
Nah, mari kita nikmat puisi Filomena C. Santos berikut ini!
Berpisah
Sungguh berat rasanya berpisah
Tinggalkan adik kekasih hati
Duduk berdiri merenung gelisah
Ke manakah kucari bayanganmu
Siang hari menjelang kesunyian
Aku duduk merenung sendiri
Mengingat kamu penuh kesenduan
Kau mengembara di negeri biduan?
Di manakah dapat berjumpa
Hati gelisah terharu melihatmu
Namun suara tak mau terbuka
Aku tidak bisa berpaling jua
Oh, Timor Leste
Engkau kini terjebak terjepit
Dalam lingkaran darah
Penduduknya terkapar pasrah
Pada tepian tangis menikam
Air mata wargamu berurai
Teteskan simbol duka abadi
Lukisan derita anak manusia
Terpampang di lembaran album historis
Oh, Timor Leste
Sejarah kelammu semakin lengkap
Menggores lembar-lembar cerita gulita
Luka gulana nan sendu
Berlimpah peristiwa azab dan lara
Tercatat di tengah agenda memori sengsara
OK, kepada Filomena, pengasuh beri aplous karena detail puisimu cukup menyentuh, namun dianjurkan agar memahami kembali tentang hakikat puisi. Bagaimanapun , Anda sudah mulai jatuh cinta pada puisi. Belajarlah dengan corak puisi lama sehingga sejak dini memperhatikan unsur musikalitas puisi. Karya-karyamu yang lain, pengasuh tunggu. Selamat menulis lagi. Tabe!***)
Kota Atambua-Belu NTT, 2000