Aku terpana
Kehadirannya tak terselami
Aku tidak mengerti rahasia daya magisnya
Membuat para penggila kata-kata bersastra
Berpetualang
Bagiku
Pulau Inspirasi adalah sebuah teks sastra
Yang tak terbaca oleh mata awam
Akalku semakin meronta
Kedua bola mataku bergulir
Ingin mengejar dan menangkap bayang-bayangnya
Aku bercita-cita memetik inspirasi di sana
Aku coba belajar dari seniman-seniman musafir itu
Sudah lama mereka melepas rindu di Pulau Inspirasi
Mereka hebat
Menembus ruang dan waktu
Ada pena tajam dalam tas
Berkelana di tengah samudra sabana dan alang-alang pekat
Mereka tahan terpaan angin kering yang menggigit
Serta bau dan ringkik kuda yang kental
Lantas
Mereka pun pulang
Membawa sebakul nyanyian alam
Taufik Ismail dengan ôBeri daku Sumbaö
F. Rahardi dengan ôDi Sumba Anak-anak ituö
Ada Vivek R Bammi
Lelaki asal Assam, India bagian Timur
Memotret kuda-kuda itu yang berlari kencang
Tak peduli ilalang di padang maha luas
Lalu
Foto itu diberi judul ö Berkudaö
Buat pustaka dengan nama A Feast for The Senses
Pencaharian panjang itu terhenti di sebuah titik.
Sumba adalah Pulau Inspirasi itu
Sebuah puisi alam yang tak pernah habis
Dan adalah Umbu Landu Paranggi yang memulainya.
BTN, Kolhua, Kupang,3 September 2009
Â
Usman D.Ganggang*) Kelahiran Bambor-Labuanbajo NTT, kini berdomisili di Kota Kesultanan Bima -NTB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H