(serpihan penelitian sastra lisan di Kempo-Manggarai Barat-NTT 2 habis)
Sejalan dengan ini, diungkapkan Prof.Ir.Poedjawijatna dalam bukunya berjudul “Manusia dan Alamnya”, berarti mampu mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa tindakannya itu baik. Demi adanya kejujuran dan tanggung jawab itu, maka dibutuhkan sarana yang berupa komunikasi langsung, terbuka, serta kemauan yang sekaligus juga tindakan untuk dapat mendengarkan. Iya, ada korelasi dengan pesan lelhur orang Kempo tadi dengan bekal makan ikan secara bersama, lalu memakai celana secara bersama, dan kalau jalan pun harus bersama.
Para pendukung caci pun berdendang: /ome ase agu kae, neka woleng jaong/lalong ko cama-cama(usman d.ganggang)
Nah, sekarang, mari kita lihat kondisi yang ada di negeri ini, negeri yang katanya negeri yang kaya tapi miskin harta, negeri subur tapi masyarakat tidak sabar, selalu saja mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, negeri yang ber-Tuhan tetapi selalu memfitnah orang lainnya. Benar kata para pengamat sosial, negeri yang kita cintai ini sedang sakit. Di sana-sini, terjadi kesemrawutan, akibat menguatnya problem hidup yang dialami oleh masyarakat yang menghuninya. Fakta riil menunjukkan bahwat, salah satu factor penyebabnya adalah, makna kebersamaan yang ditanamkan leluhurnya, sudah menjadi barang langkah. Kalaupun kebersamaan itu ada, di tengah masyarakat bolehlahdisebut kebersamaan semu (quasy belonging), sementara kebersamaan sejati (belonging) hanyalah isapan jempol saja.
Yang lain menjawab: cama-cama berarti : bersama-sama (usman d.ganggang)
Mutiara leluhur yang indah (terkait budaya yang bernilai positif) sudah ditinggalkan oleh generasinya. Mereka lebih cendrung menggandrungi hal-hal yang dibawa oleh era globalisasi yang kian hari kian menguat. Kalau dicermati dengan saksama, jelas banyak faktor penyebabnya, seperti diungkapkan oleh Wiryokusumo (200. : 1) mengatakan bahwa harus diakuikini terjadi perubahan di segala bidang. Perubahan yang dimaksud, adalah: (1) Perubahan nilai, yang berarti tatabudaya, tatacara, tatatertib; (2) Perubahan pengetahuan, yang pada saat ini dikuasai okembali keleh teknologi, harus diakui bahwa teknologi ini menguasai segala bidang kehidupan manusia; (3) Teknologi berpengaruh pada rasio/akal juga berpengaruh pada waktu, yakni kecepatan, semua harus segera, kalau
ketinggalan zaman; (4) Sikap dan mental global, artinya manusia saat ini sudah memiliki sikap dan mental yang sama dengan anak-anak di dunia atau internasional; (5) Perkerabatan mulai longgar, dan ikatan keluarga tidak sekental dulu lagi.
Di Manggarai kalau sudah tidak bersatu lagi/ bercerai , tetua adat mengundang untuk rapat (nempung), di dalam nempung ini, ada “indang” (nasihat)berupa ungkapan, “neka undang susah ome di’an e senang” (= jangan mengundang susah ketika kita masih senang) ; neka gaku ome data ming morin (= jangan jadikan milik sendiri, kalau memang milik orang lain); neka nu na ka benggat emtaungngasang de ru (= jangan seperti burung gagak selalu menyebut namanya sendiri) . Begitupun dalam syairnya :/ ome aseagu kae neka woleng nunduk (= kalau beradik-kakak, jangan selalu berbeda pendapat), /Ome ine agu ame rinding mane (kalau ibu dan ayah sama-sama menjadi pelindung di senja hari//
Secara singkat lagu itu menghendaki semua anggota dalam keluarga (termasuk rumpun keluarga) untuk selalu bersama sambil berdiskusi sebelum bertindak.
Dari sekian ungkapan, etos, dan syair-syair lagu itu, ada bebrapa hal yang perlu dicermati, khususnya oleh anggota masyakat juga kepada pemimpinnya, bahwa: (a) rakyat Manggarai Baratm khususnya taat dan setia kepada pencipta, lewat kebersamaan dengan sesama, (b) rakyat Manggarai Barat berhak untuk memperoleh hidup yang selayaknya dan aman, (c) rakyat Manggarai Barat tidak biasa atau tidak mau menipu sesama, apalagi ditipu, (d) rakyat Manggarai Barat tidak menjerumuskan atau mencelakakan sesama atau orang lain, apalagi dicelakakan dan (e) rakyat Manggarai Barat tidak takut kepada siapapun termasuk tidak mau, pun tidak bisa ditakut-takuti.
seorang dara manis sedang menenun kain adat manggarai-NTT (usman d.ganggang)
Mengantisipasi permasalahan yang terjadi di negeri ini, terutamamenjelanghajat besar 9 Juli mendatang, agar masyarakat yang menghuni negeri ini,dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan mengembangkan hubungan kerja sama,.guna mewujudkan kebersamaan sejati. Hubungan yang harmonis itu, akan membentuk: 1) saling pengertian antara masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja; 2) saling membantu antara sesama masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing; dan (3) kerja sama yang erat dalam pembangunan di negeri ini, termasuk terkait dengan hajat besar Pilpres mendatang.
Mencermati fakta yang ada, padaakhirnya berbagai pihak mempertanyakan apa yang tidak pas dalam penyelenggaraan pembangunan di negeri ini? Tentu kita menjawabnya sesuai dengan cara pandang kita masing-masing, ya meskipun diakui masih dalam asumsi, boleh jadi,merosotnya kebersamaan dalam membangun bangsa ini,karena kurangnya perhatian dari berbagai pihak terutama dalam merespon pembangunan bangsa ini.***) selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H