Salah satu pembicara, Mr. Dennis Suarsana, Direktur KAS untuk Indonesia dan Timor Leste, memberikan pandangan tentang praktik internasional yang dapat diadopsi Indonesia.
Istirahat kopi menjadi momen untuk berbincang dengan peserta lain. Seorang kader partai bercerita bagaimana ia berjuang melawan diskriminasi di dalam partainya sendiri. Kembali ke ruang acara, diskusi semakin hidup. Seorang peserta dari LSM memberikan masukan tentang pentingnya keberlanjutan program pelatihan politik bagi perempuan di daerah terpencil.
Aku terdiam sejenak, merenungi semua yang kudengar. Sebuah pertanyaan muncul: mungkinkah aku, tanpa modal besar, bisa menjadi bagian dari sistem ini? Jawabannya masih samar, namun harapan tetap ada. Acara ditutup dengan kesimpulan dari moderator. Seminar ini, meski tak mampu menyelesaikan semua masalah, menjadi langkah penting menuju sistem politik yang lebih adil dan inklusif bagi perempuan.
Dalam perjalanan pulang, aku tersenyum sendiri. Mungkin aku tak punya uang atau koneksi, tapi aku punya tekad. Seperti kata salah satu pembicara, dunia ini milik Allah, dan dengan izin-Nya, apa pun mungkin terjadi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H