Di sebuah desa kecil yang damai, hiduplah seekor kucing kampung bernama Kucil. Tubuhnya kecil, dengan bulu belang coklat kehitaman yang kusut karena sering bermain lumpur di sawah. Meski sederhana, Kucil dikenal sebagai kucing cerdas yang sering mendengar percakapan manusia. Ia suka duduk di beranda rumah, mendengarkan berita dari televisi milik Pak Darto, majikannya.
Suatu hari, Kucil mendengar berita yang membuat bulunya berdiri. Pemerintah dikabarkan akan mencabut larangan makan daging kucing. Berita itu membuat Kucil cemas. "Kalau ini benar, kita semua terancam!" gumamnya kepada Belang, sahabatnya yang berbulu hitam legam.
"Apa maksudmu, Kucil?" tanya Belang, bingung.
"Kamu tidak dengar? Jika larangan itu dihapus, kita bisa jadi santapan manusia!" Kucil mengeong keras. "Kita harus bertindak sebelum terlambat."
Belang hanya menguap malas. "Apa yang bisa kita lakukan? Kita cuma kucing kampung."
Tapi Kucil tidak menyerah. Ia teringat sesuatu yang pernah ia dengar dari berita. Presiden Prabowo memiliki seekor kucing bernama Bobby Kartanegara. Bobby, kucing elegan berbulu putih bersih, sering terlihat bersama Presiden di Istana Merdeka.
"Bobby harus jadi Presiden Kucing!" seru Kucil tiba-tiba.
"Presiden Kucing? Ide aneh apa lagi ini?" Belang mengangkat alis.
"Dengar, Bobby punya akses langsung ke Presiden Prabowo. Kalau dia jadi pemimpin kita, dia bisa membatalkan penghapusan larangan itu!" jelas Kucil dengan semangat.
Kabar ini cepat menyebar di antara para kucing desa. Sebagian besar mendukung ide Kucil, meski ada yang meragukannya.
"Kucing istana pasti sombong. Dia tidak peduli pada kita," gerutu Si Hitam, kucing tua di desa itu.
"Tapi kita butuh harapan. Kalau Kucil benar, hidup kita bisa selamat," kata Oyen, kucing betina yang memiliki tiga anak kecil.
Kucil memutuskan pergi ke Istana Merdeka untuk menemui Bobby. Perjalanannya penuh bahaya. Ia harus menghindari kendaraan besar, anjing penjaga, dan manusia yang tidak bersahabat. Namun, tekadnya terlalu kuat untuk dihentikan.
Akhirnya, setelah perjalanan panjang, Kucil tiba di Istana Merdeka. Ia melihat Bobby sedang duduk di taman yang megah, memandangi kolam ikan. Dengan keberanian luar biasa, Kucil mengeong memanggilnya.
"Bobby Kartanegara! Aku Kucil dari desa. Aku datang untuk meminta bantuanmu!"
Bobby menoleh dengan elegan. Ia mendekati Kucil, matanya penuh rasa ingin tahu. "Bantuan apa yang kamu butuhkan?"
"Kami ingin kamu menjadi Presiden Kucing!" Kucil menjelaskan tentang ancaman penghapusan larangan makan daging kucing dan bagaimana Bobby bisa menggunakan posisinya untuk menyelamatkan mereka.
Bobby terdiam sejenak, lalu berkata, "Aku setuju. Tapi menjadi Presiden Kucing bukan hanya soal gelar. Aku harus memastikan semua kucing, dari kampung hingga kota, hidup dengan aman dan terhormat."
Kucil terharu mendengar jawaban itu. Bersama Bobby, ia mulai merancang kampanye besar. Bobby menggunakan pengaruhnya untuk berbicara langsung dengan Presiden Prabowo, meminta agar larangan makan daging kucing tetap diberlakukan.
Beberapa minggu kemudian, berita baik tersebar. Presiden Prabowo tidak hanya mempertahankan larangan tersebut, tetapi juga mengeluarkan kebijakan baru untuk melindungi kucing dari kekerasan.
Di desa, para kucing bersorak. Bobby dinobatkan sebagai Presiden Kucing, dan Kucil menjadi penasihatnya. Kini, para kucing di desa dan kota hidup lebih aman.
Kucil tidak hanya bangga, tetapi juga bahagia. Ia membuktikan bahwa bahkan kucing kampung kecil bisa membawa perubahan besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H