PUISI -- Aku memaki nasibku, dan mengutuk kegelapan, Pada malam yang bisu, terhimpit kesunyian. Kaki-kaki lelahku berlarian tanpa arah, Mencari cahaya yang tak pernah singgah.
Aku meraba mimpi di ujung bayang, Namun dinginnya tak pernah membiarkan terang. Kukecup sepi dengan getirnya nestapa, Terkurung dalam palung jiwa yang hampa.
Nasib, kau biarkan aku tergeletak tak berdaya, Mengutuk langkahku yang kian terlunta. Tapi dalam kegelapan yang kelam ini, Mungkin ada sinar yang tersembunyi.
Aku akan bangkit, walau pedih menjerat, Menantang malam hingga bintang memahat. Karena kutahu, di balik pekat yang keji, Ada fajar yang menanti, menggantikan kelam ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H