Mohon tunggu...
Usman Bone
Usman Bone Mohon Tunggu... Buruh - Buruh, Kuli, Pembantu

Kumpulan Cerita Pendek, Cerita Rakyat Puisi, Tokoh dan Sosok

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Memaki Nasibku dan Mengutuk Kegelapan

17 Oktober 2024   19:51 Diperbarui: 17 Oktober 2024   19:54 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PUISI -- Aku memaki nasibku, dan mengutuk kegelapan, Pada malam yang bisu, terhimpit kesunyian. Kaki-kaki lelahku berlarian tanpa arah, Mencari cahaya yang tak pernah singgah.


Aku meraba mimpi di ujung bayang, Namun dinginnya tak pernah membiarkan terang. Kukecup sepi dengan getirnya nestapa, Terkurung dalam palung jiwa yang hampa.

Nasib, kau biarkan aku tergeletak tak berdaya, Mengutuk langkahku yang kian terlunta. Tapi dalam kegelapan yang kelam ini, Mungkin ada sinar yang tersembunyi.

Aku akan bangkit, walau pedih menjerat, Menantang malam hingga bintang memahat. Karena kutahu, di balik pekat yang keji, Ada fajar yang menanti, menggantikan kelam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun