DUPLIKASI-dalam KBBI online dimaknai sebagai perangkapan atau perulangan. Jika kemudian dilekatkan dengan karya tulis ilmiah (KTI), berarti ada dua KTI (makalah, skripsi, jurnal dan sebagainya) yang sama atau ganda isinya. Siapa yang menduplikasi, dan siapa yang terduplikasi, ini yang kemudian harus di-clear-kan.
Tulisan ini adalah bagian dari warning sejak dini. Jangan sampai perilaku yang membiasa dan salah, tetapi "seperti" benar, halal, dan sah dilakukan. Akhirnya, kultur yang salah kaprah, menjadi legal dan dilakukan turun temurun. Padahal semakin mengakar, maka penyakit itu akan sulit diberantas.
Fenomena duplikasi KTI akhir-akhir ini marak terjadi oleh para mahasiswa. Kemudahan mendapatakan sumber KTI "jadi" baik dari teman, atau melalui browsing internet disalah artikan. Wujudnya, jika ada tema bahasan tugas makalah pada makul yang sama, makalah yang diperoleh dari kelompok lain tinggal di ganti nama kelompoknya saja.
Wujud Kerugian
Perilaku duplikasi tentu merugikan. Tidak saja kepada dosen tetapi juga kepada mahasiswa sendiri. Sebab, mahasiswa yang melakukan perilaku tersebut tidak akan berkembang keterampilan menulis KTI. Ia akan mengalami stagnasi.
Dalam jangka panjang kala membuat skripsi, kebingungan itu akanlah terasa. Bagaimana mahasiswa membuat catatan kaki yang baik sebagaimana buku pedoman penulisan skripsi saja masih bingung. Hal itu kemudian merembet pada kerapian menulis yang tidak nyata.
Jika hal di atas tidak ingin terjadi, apapun alasannya, duplikasi tugas KTI adalah hal yang tidak dibenarkan. Etika akademik mengharamkan hal itu dilakukan.Â
Bahkan bagi penulis, mahasiswa yang terbiasa duplikasi akan senang dengan cara instan bagaimana menyelesaikan tugas makalah. Amatan penulis, kerugian yang didapat atas perilaku tersebut antara lain:
Pertama, tidak memberi pengalaman belajar membaca. Perilaku duplikasi KTI ternyata menghilangkan perilaku membaca seorang mahasiswa sejak dini. Buka baginya seakan tidak penting.
Padahal menurut Yoga Pratama (2018:54), membaca bagi mahasiswa itu memiliki tujuan sarana menguasai pengetahuan. Mahasiswa yang suka membaca akan memiliki kemudahan menyerap ragam informasi yang ada, terampil untuk menyampaikan ulang, serta terbuka dengan pengetahuan yang baru (new knowledge).
Lain halnya dengan KTI yang telah jadi hasil duplikasi. Saat presentasi, pemakalah akan kebingungan dengan KTI yang disajikan. Ia tidak akan mampu menghayati secara total substansi KTI yang dibuat.Â