Dalam suasana tahun politik seperti sekarang ini, beragam platform media dipenuhi dengan isu-isu politis, para kandidat yang memiliki hajat menduduki istana dan parlemen berupaya menghiasi jalanan dengan baliho-baliho, serta menampakkan pose gambar dirinya sebaik mungkin agar terlihat kharismatik, tak lupa juga diselipkan ungkapan-ungkapan manis yang humanis untuk menggaet suara rakyat.
Sebagaimana peraturan dalam perundang-undangan, pencalonan presiden dan legislative tidak bisa mencalonkan secara indipenden, melainkan harus melalui partai politik yang lolos menjadi peserta pemilu, kecuali pencalonan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang dapat mencalonkan diri secara indipenden.
Dilematisnya adalah, Sebagian pemegang suara enggan menggunakannya dengan alasan kandidat yang dicalonkan bukan melalui partai yang diidolakan. Mana yang harus kita pilih, antara orangnya atau partainya?
Jauh sebelum percaturan politik ini mencuat, di kalangan ahli hukum tata negara sempat terjadi perdebatan sengit berkaitan dengan sistem pemilihan calon legislatif, apakah menggunakan sitem operasional terbuka seperti di pemilu 2019 atau mengubahnya menjadi sistem operasional tertutup.
Kebanyakan menolak untuk menggunakan sistem operasional tertutup, sebab pemilih nantinya hanya akan disuguhi gambar partai dalam kertas pencoblosan, tanpa mengetahui calonnya siapa yang kelak akan mewakili keluh kesahnya di parlemen.
Tetapi realitanya, tanpa adanya perubahan sstem pun masih saja ada yang dilemma antara memilih partai atau orangnya. Misalnya orang yang mencalonkan memiliki kredibilitas yang baik, dapat dipercaya, namun partainya memiliki track record yang buruk, rakyat enggan memilihnya.
Sebenarnya, bila kandidatnya memiliki kredibilitas dan integritas yang baik, apapun partainya ia akan memprioritaskan kepentingan rakyat ketimbang partai. Karena partai hanya sebatas kendaraan menuju parlemen. Manakala kita pergi ke suatu tempat dengan menumpaki suatu kendaraan, setibanya di lokasi tujuan, apakah kita akan menetap di kendaraan?
Maka seharusnya, para kandidat ini mendatangi masyarakat, berdiskusi dengan mereka, bukan hanya berkomunikasi melalui baliho-baliho yang tidak berguna itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H