Mohon tunggu...
Usman Nurhakim
Usman Nurhakim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Mohammad Natsir Institute of Da'wah

The work was a lot, while the time was a little.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memilih Partai atau Personnya

8 Desember 2023   07:20 Diperbarui: 8 Desember 2023   07:23 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam suasana tahun politik seperti sekarang ini, beragam platform media dipenuhi dengan isu-isu politis, para kandidat yang memiliki hajat menduduki istana dan parlemen berupaya menghiasi jalanan dengan baliho-baliho, serta menampakkan pose gambar dirinya sebaik mungkin agar terlihat kharismatik, tak lupa juga diselipkan ungkapan-ungkapan manis yang humanis untuk menggaet suara rakyat.

Sebagaimana peraturan dalam perundang-undangan, pencalonan presiden dan legislative tidak bisa mencalonkan secara indipenden, melainkan harus melalui partai politik yang lolos menjadi peserta pemilu, kecuali pencalonan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang dapat mencalonkan diri secara indipenden.

Dilematisnya adalah, Sebagian pemegang suara enggan menggunakannya dengan alasan kandidat yang dicalonkan bukan melalui partai yang diidolakan. Mana yang harus kita pilih, antara orangnya atau partainya?

Jauh sebelum percaturan politik ini mencuat, di kalangan ahli hukum tata negara sempat terjadi perdebatan sengit berkaitan dengan sistem pemilihan calon legislatif, apakah menggunakan sitem operasional terbuka seperti di pemilu 2019 atau mengubahnya menjadi sistem operasional tertutup.

Kebanyakan menolak untuk menggunakan sistem operasional tertutup, sebab pemilih nantinya hanya akan disuguhi gambar partai dalam kertas pencoblosan, tanpa mengetahui calonnya siapa yang kelak akan mewakili keluh kesahnya di parlemen.

Tetapi realitanya, tanpa adanya perubahan sstem pun masih saja ada yang dilemma antara memilih partai atau orangnya. Misalnya orang yang mencalonkan memiliki kredibilitas yang baik, dapat dipercaya, namun partainya memiliki track record yang buruk, rakyat enggan memilihnya.

Sebenarnya, bila kandidatnya memiliki kredibilitas dan integritas yang baik, apapun partainya ia akan memprioritaskan kepentingan rakyat ketimbang partai. Karena partai hanya sebatas kendaraan menuju parlemen. Manakala kita pergi ke suatu tempat dengan menumpaki suatu kendaraan, setibanya di lokasi tujuan, apakah kita akan menetap di kendaraan?

Maka seharusnya, para kandidat ini mendatangi masyarakat, berdiskusi dengan mereka, bukan hanya berkomunikasi melalui baliho-baliho yang tidak berguna itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun