Mohon tunggu...
Usman Nurhakim
Usman Nurhakim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Mohammad Natsir Institute of Da'wah

The work was a lot, while the time was a little.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sesat Pikir Menolak Boikot

15 November 2023   17:16 Diperbarui: 15 November 2023   17:17 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intensitas penjajahan Israel terhadap Palestina yang semakin menjadi-jadi menimbulkan reaksi kecaman dari pihak-pihak pro-kemanusiaan, berbagai pihak merefleksikan kegeramannya itu dengan cara yang beragam. Para public figure cukup dengan memberikan suara di media saja sudah memiliki pengaruh signifikan, masyarakat umum mengecam melalui demonstrasi dan seruan boikot produk-produk yang mendukung atau membantu pendanaan Israel.

Dari banyaknya cara untuk menggertak Israel, seruan boikot barangkali menjadi senjata ampuh untuk menekan negara penjajah tersebut, sebab hal ini akan berdampak pada aspek finansial perekonomian Israel. Seruan boikot yang semakin masif ini juga mendapat kecaman dari pihak yang pro-penjajahan.

Misalnya, statement yang paling nyentrik untuk merespon seruan boikot ini lagi-lagi tertuju kepada platform media sosial yang digunakan untuk melangsungkan seruan tersebut. Mereka mengasumsikan bahwa platform media itu berasal dari Barat, yang dalam hal ini pendukung penjajahan, seperti Amerika, Prancis, dan Inggris.

"Kalau mau memboikot produk-produk yang mendukung Israel, ngomongnya jangan di IG, YouTube, Facebook, kan itu juga buatan Barat, jadi jangan munafik."

Kurang lebih begitulah bunyi statement yang mereka suarakan untuk menanggapi seruan boikot dari masyarakat, bahkan saat ini telah diperkuat oleh MUI yang memutuskan "haram" membeli produk yang mendukung penjajahan.

Namun, ada suatu cacat nalar di dalam respon para pendukung penjajahan ini, yakni membandingkan sesuatu yang sebenarnya tidak sebanding (apple to apple). Mari kita lihat letak kecacatan berpikirnya, mereka meminta masyarakat untuk tidak menyerukan boikot di media yang diciptakan oleh Barat, padahal media-media tersebut tidaklah murni produk Barat, tidak sebagaimana produk-produk yang diserukan untuk diboikot, yang benar-benar murni produk pendukung Israel.

Media-media yang menjadi sarana seruan itu bukan hasil kerja satu pihak, ada banyak pihak yang terlibat disana, terlepas pada wilayah apa mereka berandil, ada yang terlibat pada aspek teoritis dan ada juga pada lingkup praktis. Kita jangan meuntup mata untuk melihat fakta bahwa media-media tersebut tidak akan berguna bila tanpa sistem algoritma yang diciptakan oleh seorang ilmuwan Muslim bernama Al-Khawarizmi, jangan pula berharap dapat mengambil dan merekam gambar dengan kamera bila tidak ada ilmu optik yang diciptakan oleh Ibnu Haitsam.

Ada peranan kelompok Muslim dalam penciptaan media-media yang disinggung, bahkan peranannya lebih mendasar dan substansial. Oleh sebab itu, kita memiliki hak untuk menggunakannya sesuai dengan kadar kebermanfaatan menurut nilai yang kita anut, jadi media tersebut tidak murni ciptaan Barat. Hak kita untuk memakainya! Wallahu'alam bish-shawwab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun