Mohon tunggu...
Usman Nurhakim
Usman Nurhakim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Mohammad Natsir Institute of Da'wah

The work was a lot, while the time was a little.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keutamaan Pengajaran Ilmu

17 Oktober 2021   09:56 Diperbarui: 17 Oktober 2021   10:20 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan
 
"Hidup kita hanya untuk beribadah"

Ungkapan yang sangat populer ini murni dari Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu (atsar sahabat), seorang sahabat yang pertama masuk Islam dan istiqamah mendampingi Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam untuk berjuang menegakkan agama Allah di tengah gelapnya kebudayaan jahiliyah, perkataan tersebut sama sekali tidak ada penisbatan kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Atsar ini juga bisa jadi sebagai penafsirannya terhadap al-Qur'an surah adz-Dzariyat ayat 56,

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

Belajar dan mengajar adalah bagian terpenting dalam kehidupan, Atsar dari Sayyidina Ali ini harus direnungkan oleh para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya. Senantiasa mengingatnya setiap akan melaksanakan aktivitas pendidikan, agar kita tidak lupa tujuan utama dari aktivitas tersebut. Karena hidup kita -sebagaimana atsar di atas- hanya untuk ibadah, maka dimensional ibadah itu harus selalu ada, dalam segala kegiatan, apalagi mengajarkan ilmu.

Semua aktivitas pasti akan berdimensi ibadah, bila diiringi dengan niat yang tulus dan tidak ada udang dibalik batu atau maksud tertentu untuk memenuhi keinginan hawa nafsu. Dalam sebuah hadits yang sangat beken, kita dinasehatkan, bahwa segala amalan, mengenai sah atau tidaknya dan intensitas nilainya dari suatu perbuatan itu tergantung kepada apa yang kita niatkan.

"Sesungguhnya amal-amal itu (tergantung) pada niatnya. Dan, sesungguhnya setiap orang akan memperoleh (dari Allah) sesuai dengan apa yang diniatkan olehnya..." (HR. Bukhari dan Muslim).

Fadhilah Mengajarkan Ilmu

Salah satu kewajiban seorang yang berilmu ialah mengajarkannya, ia mempunyai tanggung jawab untuk memecahkan problematika keumatan. Karena mengajarkan ilmu berarti membuka gerbang kemajuan, dan merupakan upaya untuk membangun peradaban. Sehingga Allah Subhanahu wa ta'ala pun tidak pernah memandang rendah orang yang berilmu, Ia berfirman dalam salah satu ayat-Nya,


"Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah: 11)

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Asep Sapa'at di rubrik Hikmah Republika.co.id, ia mengingatkan kembali pesan dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam tentang celakanya orang yang menyembunyikan kebenaran, atau menyembunyikan ilmunya, "Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu pengetahuan lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat kelak Allah SWT akan mengekangnya dengan kekang api neraka." (HR. Abu Dawud dan Imam Tirmidzi).

Dari sabda Nabi di atas bila kita memahaminya secara tersirat, pemahaman yang kita dapat ialah bahwa beliau sangat memerintahkan kepada setiap orang yang berilmu untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya. Dalam haditsnya yang lain Rasulullah juga bersabda, 

"Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat." (HR. Bukhari no. 3461)

Keberhasilan dalam menyampaikan ilmu dapat dilihat dari penerima ilmunya, ketika ilmu yang kita berikan itu berhasil mengubah prilaku atau akhlaknya, ia menjadi lebih beradab kepada Allah juga sesama, kendati yang kita sampaikan hanya satu ayat saja tetapi begitu membekas dalam batinnya, berarti kita telah sukses dalam menyampaikan ilmu. Dan keutamaan dari Allah bagi orang yang berhasil mengubah kehidupan jahiliyah seseorang kepada kehidupan yang lurus ini ialah,

"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." (HR. Muslim no. 1893).

Maka dengan demikian, ilmu yang telah kita sampaikan menjadi tanaman yang subur, yang bisa meyelamatkan kita dari siksa kubur, karena pahala dari kemanfaatan ilmu kita terus mengalir. Seperti yang dikatakan Qurtubi dalam artikelnya yang berjudul Mengajar Sebagai "Ladang Amal"; Sebuah Auto Kritik,

"Sebagaimana kita pahami, ilmu adalah investasi yang abadi. Rasulullah SAW telah menggambarkan, ilmu tidak pernah berkurang saat dibagi, bahkan bisa melimpah dengan berkahnya. Ilmu tidak akan habis atau hilang walau dibagi semuanya kepada orang lain. Pahala ilmu tidak akan terhenti meski pemiliknya meninggal dunia."

Penutup

Ilmu yang kita miliki harus tersampaikan dengan cara apapun, lisan, tulisan, atau prilaku kita sendiri. Karena Allah hanya memberikan keutamaan bagi seorang yang berilmu yang ilmunya bermanfaat saja, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah, beliau menyampaikan ilmu dengan lisan dan juga perbuatan, sehingga tingkah lakunya sepanjang mengemban amanah itu dijadikan sebagai uswatun hasanah oleh seluruh umat manusia, kecuali mereka yang membangkang.

Jika Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan ulama, maka diamnya orang yang berilmu adalah bencana. Karena sangatlah muskil kebenaran akan terungkap dengan diam, kalau kebenaran tidak juga ditampakkan maka kekacauan (chaos) yang akan terus berkembang. Oleh karena itu, sangatlah benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah "Sampaikanlah, walaupun satu ayat.". Wallahu 'alam bish-Shawwab

Bandung, 17 Oktober 2021.

Referensi

Abdul Qadir Jawas, Yazid bin. (2015). Intisari Arba'in An-Nawawi: Memuat 42 Hadits Nabi Beserta Kandungan Haditsnya. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i

Farid, Ahmad. (2020). Tazkiyatun Nafs: Belajar Membersihkan Hati. Solo: TAQIYA Publishing

Hakim, Saifudin. (2019). Sampaikanlah Dariku, Walaupun Satu Ayat. https://muslim.or.id/47176-sampaikanlah-dariku-walaupun-satu-ayat.html Diakses Ahad 17 Oktober 2021 pukul 07:03

Sapa'at, Asep. (2016). Keutamaan Mengajar.  https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/of8thl301 Diakses Ahad 17 Oktober 2021 pukul 06:30

Tuasikal, Muhammad Abduh. (2014). Keutamaan Mengajarkan Ilmu. https://rumaysho.com/9641-keutamaan-mengajarkan-ilmu.html Diakses Ahad 17 Oktober 2021 pukul 07:42

Qurtubi.(2018). Mengajar Sebagai "Ladang Amal"; Sebuah Auto Kritik. https://industrial.uii.ac.id/mengajar-sebagai-ladang-amal-sebuah-auto-kritik/ Diakses Ahad 17 Oktober 2021 pukul 08:36

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun