Mohon tunggu...
🍀 Usi Saba 🍀
🍀 Usi Saba 🍀 Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

🎀 Menolak Tenar 🎀

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andai Saya Jadi Guru

2 Juli 2016   07:35 Diperbarui: 2 Juli 2016   08:50 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengajar itu susah. 

Itu yang dapat saya simpulkan dari pengalaman acara mengajar sukarela dulu. Padahal muridnya waktu itu cuma 7 orang dan sebentar pula, cuma 1 jam dalam sehari, 2x dalam seminggu. Nah, gak bisa saya bayangkan kalau murid yang saya tangani satu kelasnya puluhan orang.... hahahha, bisa stres kayaknya saya.

Ketika saya ingat-ingat kenapa mengajar itu susah, jawaban yang keluar dari diri saya adalah karena guru ingin muridnya bisa, maksudnya bisa menerima ilmu yang ditransferkan padanya.   Rasa tanggung jawab sebagai pengajar itu yang bikin berat hati dan menyusahkan hati para guru. Tak bisa cuek dan tidak peduli.  

Sudah muridnya banyak, karakternya beda-beda, kelas panas, gaji kecil, bangku keras, waaah komplit deh hahahha. Menurut saya wajar sih sampai ada guru yang mencubit, melempar penghapus, atau menyuruh lari keliling lapangan anak didik ketika mereka tidak diturut.  Karena guru juga manusia, macam-macam karakternya, ada yang sabar ada yang emosional. 

Dari sekian banyak guru yang saya temui dari SD sampai kuliah untungnya guru emosional itu hanya satu saya temukan, itu pun saya gak pernah kebagian sisi emosionalnya, alhamdulillah. Jurusnya; gampang diatur aja, ada PR kerjakan, hormat sama mereka, nurut aja. 

Dari pengalaman itu saya bisa bilang kalau guru emosional jumlahnya tidak sebanding dengan guru yang baik, guru yang tak pernah marah, kalau marah diam aja dan tinggalkan kelas, guru yang tak pernah membentak juga banyak, kadang saya bertanya dalam hati itu gimana ya bisa sabar begitu?.  Padahal murid yang diajarnya 50 orang sekelas. Gila kan?  

Terus terang saya kaget dan aneh ketika mendengar guru dipolisikan, dipidanakan ketika mereka mencubit, menegur, membentak anak didiknya. Lha itumah biasa keles waktu zaman saya dulu dan kalau kita coba-coba ngadu sama orang tua, wah alamat kita yang dimarahin, bukannya gurunya yang dilaporin ke polisi. 

Prinsip orang tua saya ketika anak sudah di sekolah berarti itu kewenangan guru-guru di sekolah untuk mendisiplikan kita, tak mungkin katanya guru macam-macam kalau kita tak bikin salah. Begitu besarnya kepercayaan orang tua pada guru saat itu.  Jadi jangan coba-coba ngadu.   Sikap harus hormat pada guru itu benar-benar ditekankan oleh orang tua. 

Melihat banyaknya kasus kriminalisasi terhadap guru-guru, andai saya guru, saya akan mengambil tindakan seperti ini aja (tapi jangan ditiru ya? hahaha)

1. Mengajar tanpa beban.  Mengajar sebisa dan sebaik mungkin tapi kalau muridnya pada bandel, Sabodo amatlah, daripada gue tegas2 terus dipenjara? 

2. Murid pada ribut, gak nurut dan nyebelin, kalau ada tenaga kasih perhatian, kalau nggak ada tenaga, antepin aja. Buang-buang tenaga dan capek hati aja. Capek lho nyuruh anak untuk ini dan itu tapi gak diturut.  Capek mulut ngomel terus dan jengkel hati karena nggak diturut. Dua penyakit dapat sekaligus.  Banyak sakit, ntar masuk RS, mending kalo bukan RSJ. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun