Mohon tunggu...
🍀 Usi Saba 🍀
🍀 Usi Saba 🍀 Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

🎀 Menolak Tenar 🎀

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[Mudasiana] Jangan Hamili Pacarmu, Brow...

28 Oktober 2015   21:40 Diperbarui: 28 Oktober 2015   21:40 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Diisi apa ya masa mudaku dulu?. Ngomongin masa muda, jadi pengen muda lagi. Itu tuh masa2 ngejar2 si Kokoh pemilik alat2 tulis depan sekolah... hahaha, duh sampe sekarang kok gak tahu namanya itu siapa sih, anak Cina kecil itu? wkwkwkwk... atau masa2 gak nyadar kalau saya dicintai sama guru bahasa Jepang saya... wakakaka... nyadar2 pas udah rempong tua begini, hadeuh lewat deh. 

Masa2 muda saya dilewati sama kebloonan aja, gak ada acara pacar2an yang serius, karena saya waktu itu udah tahu betul beban orang tua yang banyak utang kesana-kemari sampai sama rentenir, sampai saya harus jadi TKW ke Arab.  Kurang banyak waktu buat mikirin laki2.... lagian gak ada itu yang naksirnya... hahaha. Hadeuh, kalo dipikir2, edan betul ya, itu kemiskinan bisa sampai segitunya. Soalnya kalau dipikir2 sekarang, gak bakal tega saya nyuruh anak saya kerja keluar negeri, negara antah berantah, dikurung dipekerjakan bagai budak dengan bayaran kecil banget. Tapi rupanya kemiskinan yang menelikung kami, membuat bahkan orang tua saya tega merelakan anak2nya kerja kemana aja.

Kalau sekarang anak saya di usianya yang kecil begitu udah dengar kata2 dokter, salon, restoran dsbnya, beda banget dengan saya dulu, yang tahu kata dokter setelah tua. Sakit diantepin, kalau belum mau ko'it, ya ngejongkeng aja di rumah, paling diobatinnya sama obat warung. Salon?.  Salon pertama kalinya saya kenal udah tua juga waktu mau didandanin pas wisuda. Wisuda yang telat, karena temen2 kuliah seangkatan saya sudah 8 tahun sebelumnya diwisuda, saya belakangan karena nyari duit dulu buat beresin kuliahnya. 

Restoran? Hehehe... warung nasi saya tahunya dimana makanannya yang saya beli paling banter Sayur Tahu. Tapi enak banget rasanya makan walau cuma sama sayur tahu yang kuahnya banyak sementara tahunya cuma dua potong... wkwkwkwk.  Berenang bebas itu tahu dua potong yang bentuknya segitia sama sisi.

Tapi kemiskinan saya di masa muda itu rupanya berbekas kuat hingga saya tua begini. Siapa yang diuntungkan? Tentu saja suami saya. Karena saya nggak manja, saya nggak dikit2 main dokter2an, nggak jadi pelanggan salon,  nggak suka baju2 mewah, gak suka berlian permata, nggak suka tas2 bermerek, suka nolak kalau diajak makan ke restoran yang harus reservasi dulu jauh2 hari atau bulanan begitu. Saya suka makan tapi saya gak suka  diatur2 sampai waktu makannya aja harus dibooking jauh2 hari... wkwkwkwk.  Sungguh dia beruntung dari segi materi memiliki istri macam saya ini... wakakaka...

Masa2 anak2 dan masa2 muda yg susah menyadarkan saya satu hal; punya anak itu harus disertai kesiapan fisik, mental, dan materi supaya kejadian masa2 anak2 harus menanggung beban orang tua itu terhindarkan seperti yang terjadi pada saya dan saudara2 saya. Karena sesungguhnya anak itu adalah tanggung jawab besar. Mereka tidak minta dilahirkan ke dunia, jadi orang tualah yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan mereka.

Maka dari itu kepada para pemuda2, saya harap mereka tidak menghamili anak orang seenak perutnya, fikirkan masa depan anak itu, masa depan kalian juga.  Para gadis2 jangan mau ditidurin eh dihamilin cuma karena disuruh membuktikan tanda cinta. Orang yang mencintai kita tak akan berbuat yang hanya nikmat sesaat saja. Dia akan berpikiran jauh dan penuh tanggung jawab. Kasih aja Kwitansi kalau pacarmu minta bukti tanda cinta. Percayalah, bukti tanda cinta itu bukan hanya berbentuk janin.

Isilah masa2 mudamu dengan hal2 positif, bukan ngisi rahim pacar atau anak orang dengan cairan2 yang nantinya bikin puyeng, karena hadir sebelum kamu siap.

Untuk membaca karya lainnya, silahkan klik: Mudasiana

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun