Saya pikir bencana banjir itu biasa saja dan ketinggian kaki cuma semata kaki. Biasanya berita banjir di tanah air tahunya dari tv aja dan beritanya berlalu begitu saja dari telinga kiri ke kanan apalagi tak pernah ada teman dan keluarga yang jadi korban.
Tapi membaca reportase teman-teman disini soal banjir ini kok beda ya rasanya? Meresap kedalam begitu, tidak cuma lewat kuping kiri, keluar kuping kanan begitu. Benar-benar menyedihkan negaraku. Untuk banjir di Jakarta sepertinya itu banjir bisa dihindari kalau penataan kota termasuk selokan-selokan dan pembuangan air warga diperhatikan plus cara penanganan sampahnya benar.
Jadi serba dilema jadinya. Kalau musim hujan siap-siap kena banjir, kalau musim kemarau kurang air.
Di saat yang sama, harga-harga kebutuhan semakin naik. Saya kaget sekali waktu mendengar dari saudara kalau harga gas 3 Kg saja 20 ribu. Ya Tuhan, tak terbayang susahnya orang-orang miskin di Indonesia. Tapi saya tak bisa berbuat banyak selain membantu yang mampu saya bantu sementara sisanya masih sangat banyak yang bahkan tidak ada yang membantu sama sekali.
Dari lubuk hati yang terdalam, saya sungguh merasa turut berduka cita atas derita saudara2 saya di tanah air. Semoga kalian tabah dan tetap kuat menjalani semuanya. Ah, orang Indonesia sepertinya orang yang paling kuat di dunia karena dari dulu deritanya tiada henti. Habis dijajah orang luar, kini dijajah orang sendiri, para pemimpin yang serakah dan tidak amanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H