Contoh lain adalah jebolnya sebuah dam tailing di Baia Mare, Rumania pada tanggal 30 Januari tahun 2000. Dam tailing di Baia Mare adalah milik perusahaan tambang emas bernama Aurul SA dengan sebanyak 50% sahamnya dipegang oleh Esmeralda Exploration, sebuah perusahaan tambang yang berbasis di Australia (sama seperti SGL, perusahaan yang memegang 75% saham pada PT SM). Tailing yang mengandung sianida tumpah ke Sungai Danube dan mengalir melintasi beberapa negara di Eropa seperti Hungaria, Republik Federal Yugoslavia dan Bulgaria. Dampaknya, sangat susah memperkirakan besarnya kerugian dan kerusakan yang terjadi pada sepanjang DAS Danube karena bencana jebolnya dam tailing di Baia Mare ini.
Daftar bencana yang secara konsisten sedang dirancang oleh PT SM di Kabupaten Madina akan semakin panjang kalau bencana lingkungan karena keracunan seperti yang terjadi di Teluk Minamata dan Buyat dibahas juga. Bencana seperti ini jauh lebih berbahaya karena biasanya umurnya sangat panjang, bahkan sampai lintas generasi. Ditambah dengan konflik sosial yang selalu mengiringi sebuah aktivitas pertambangan, maka rasanya peninjauan kembali aktivitas PT SM di Kabupaten Madina adalah hal yang dapat diterima akal sehat.
Zaman sudah berubah, industri ekstraktif seperti tambang emas dalam skala besar adalah bagian dari masa lalu. Masa depan sudah terpampang di hadapan kita dengan berbagai pola kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Pertanyaannya bukan Madina bisa atau tidak, tetapi apakah orang-orang yang terkait pada proses pengambilan kebijakan di Kabupaten Madina mau atau tidak.
Sumber: www.mandailingonline.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H