Aku temukan engkau dalam sengau dan sengal napasku yang menyesak, hampir tersendat
Bukan suatu kebetulan, jika kemudian aku gapai engkau, tuk melerai deras arus yang melimbur,
aku dan hampir hanyut..
Juga bukan suatu kebetulan jika kemudian,engkau membawaku labuh menepi,
merapat pada pinggir sungaimu, bukan suatu kebetulan...
Tapi mentasbih hati untuk suatu keyakinan, sungguh tidak mudah
Seperti meraup mimpi dan mengumpulkannya dalam genggam jemari,
Susah sungguh aku menekuk hatimu, sekedar untuk katakan "iya saja"
Atau anggukan kepalamu tanda setuju, bahwa airmataku telah mengering,
Beberapa tahun yang lalu, ...(menggapaimu, apakah mungkin..???)
Dalam bingkai katarsis, ku rayu pilu supaya tidak melagu
Atau kubiarkan saja duka merona, memberi warna sejuk hatiku, yang tak lagi berasa
Tapi bersamamu aku merasa, karena engkau sebenarnya merasa,
(hanya belum saja aku temukan , terhalang pandang gelapku kepadamu..)
Akh, ..
Mungkin aku harus berbisik saja, atau sekalian diam tak bersuara
Membiarkan hati terbiar, menunggu dendam terbayar,
(Lalu dengan apa aku harus menebusnya...???? )
Susah sungguh aku membujukmu, sekedar katakan satu kata saja..
karena hatiku butuh empatimu, dan gersangnya butuh sejukmu.....
tapi tetap tak kutemukan makna di sana, .. engkau tetap diam tanpa kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H