"Aku tidak bisa hidup tanpa kalian, teman"
Dalam suatu kehidupan masyarakat, lingkungan bahkan pergaulan pasti tidak asing lagi dengan gank atau kelompok. Kita jalan berdua saja sudah dianggap berkelompok. Hidup tidak akan lengkap apabila tanpa adanya kelompok, pemicu adanya kelompok dalam dunia masyarakat adalah karena manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia selalu membutuhkan orang lain dan mereka merasa sepemikiran/sejalan, kemana-mana selalu bersama.
Sisi positifnya, justru dari kelompok kita bisa berbuat baik, menebarkan kebaikan terhadap kelompok kita dan kita bisa saling membantu, saling curhat untuk menyelesaikan masalah “Teruslah berkelompok selagi anda bisa menebarkan kebaikan dalam kelompok anda”. Dan sisi negatif dari berkelompok adalah bisa memicu adanya sifat primodialisme (mengganggap kelompoknya paling benar) bahkan bisa anarkis, dan mereka tidak akan mau berbuat apa-apa kalau tidak sama kelompoknya, apabila salah satu dari mereka tidak berkumpul saja mereka akan merasa hampa, merasa dirinya kurang lengkap karena sudah terlalu fanatik dengan kelompokny sendiri. Bahkan zaman nenek moyang kita, zaman dulu itu anak kembar harus dipisahkan, karena takut berakibat anak tidak akan bisa hidup mandiri karena saling bergantung sesama saudara kembarnya.
Masa-masa puber seperti itu akan sangat terlihat pada masa SMP SMA dan bahkan SD atau dalam dunia anak-anak saja sudah mengenal itu, ketika mereka dalam kelas bahkan duduk bersebelahan yang bukan kelompoknya saja dia tidak akan mau, dia maunya hanya dengan kelompoknya.
Bagaimana caranya agar anak mau dengan teman-temannya yang lain?
Inilah cara mengatasi anak dalam kelas agar bisa menerima teman sebayanya yang lain adalah dengan menanamkan berbagai cara, yaitu:
1. Tanamkan rasa solidaritas terhadap anak itu, guru harus sering-sering mengajarkan itu dikelas dengan memberikan contoh, apabila ada minuman temannya yang terbuang/terjatuh kelantai/kekarpet ajaklah anak-anak itu membantu membersihkan bersama, sehingga anak-anak akan terbiasa dengan saling membantu, saling gotong royong. Tidak diketaui itu bisa menanamkan rasa solidaritas dalam jiwa anak tersebut.
2. Beri anak itu peran, maksud dari peran adalah agar anak itu tidak hanya berbagi mainan/makanan dengan kelompoknya saja tapi mau berbagi dengan yang lain, contohnya beri anak itu beberapa pensil suruh anak itu yang membagikan kesemua teman-temannya yang dikelas, beri anak itu kue atau yang lain dan lakukan terus kebiasaan seperti itu. Lama-kelamaan anak itu akan mulai mengenal dan bisa menerima teman-temannya yang lain. Dari situ anak tersebut tidak akan mau lagi berkelompok bahkan mereka menyadari kalau banyak teman itu asik.
3. Sebaiknya terapkan tempat duduk secara bergantian setiap harinya/rolling. Agar anak itu tidak selalu duduk bersebelahan dengan kelompoknya tapi mau bersebelahan dengan teman yang lain.
Kita sendiri orang remaja/dewasa harus bisa mempunyai pemikiran agar kita bisa diterima dikelompok lain, dalam arti kita tidak berkelompok tapi kita bisa bermain/bergaul dengan kelompok lain, caranya “Tanamkan pada diri anda, bahwa semua orang yang anda temui adalah orang baik”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H