Lama tak mampir di Kompasiana, kali ini saya ingin berbagi pengalaman bersama Lion Air. Perjalanan saya 2 bulan yang lalu benar-benar membutuhkan kesabaran. Hal ini dikarenakan insiden Lion Air yang berhenti beroperasional tanpa keterangan.
Flash back sedikit, berawal dari pemesanan tiket Lion Air untuk 4 penumpang dengan jadwal penerbangan JT654 Pk.05.00 via Traveloka. Awalnya kami mendapat sms bahwa jadwal diganti menjadi 09.05. Dari perubahan jadwal itupun sebenarnya konsumen sudah dirugikan selisih 4 jam jadwal penerbangan. Rencana liburan ke Lombok harus disesuaikan ulang. Namun, hal itu belum menjadi masalah.
Tanggal 19 Februari 2015 (sehari sebelum berangkat) kami mendengar berita bahwa Lion Air mengalami long delay tanpa kepastian. Penumpang sudah menumpuk tanpa kepastian dan hal ini mengkhawatirkan kami. Kami pun menelepon ke CS Lion Air via telepon untuk menanyakan kepastian apakah besok ada penerbangan tetapi pihak CS tidak bisa memberikan jawaban pasti. Setelah beberapa kali menghubungi CS dan menunggu jawaban pasti, akhirnya kami mendapat statement: Tiket yang sudah kami beli tidak dapat dicancel full refund dengan alasan kami sudah melakukan web checkin.
Kekecewaan memuncak pada hari keberangkatan. 20 Februari 2015, bandara Soekarno Hatta masih kacau karena ulah Lion Air ini. Tidak ada satupun petugas Lion Air di counter checkin maupun di gate ruang tunggu. Entahlah mereka sembunyi di mana. Pihak bandara pun tidak mendapat informasi apapun dari Lion Air. Tanpa kepastian, kami mencoba menghubungi kembali CS Lion Air via telepon. Dari CS masih bilang tidak tahu menahu dan selama dari Lion Air belum ada statement penerbangan dibatalkan maka kami sebagai konsumen tidak dapat full refund. Dana yang kembali hanya 10-20% saja. Padahal sudah jelas-jelas bandara kacau karena Lion Air tidak beroperasi. Sampai-sampai berdampak pada penumpang Air Asia sebagai sesama penghuni terminal 3.
Melihat tidak ada tanda-tanda kehidupan dari petugas Lion Air di bandara, antara kepanikan dan stress kami membooking pesawat lain (Citilink) yang berangkat di hari yang sama. Pemesanan juga dilakukan via Traveloka. Di antara kepanikan dan stress, kami tergesa-gesa berpindah ke terminal 1C. Thanks for ruining our mood and schedule!
Gara-gara itu, selain rugi tiket, kami harus stress, panik, bingung, rugi waktu, rugi biaya tur, rugi hotel (nilainya jutaan rupiah!). Belum lagi, tempat wisata yang harusnya bisa kami kunjungi alhasil gagal total, dll. Saat di Lombok pun, karena kacaunya jadwal penerbangan, berimbas secara keseluruhan pada jadwal liburan di Lombok. Kami harus mengeluarkan banyak biaya ekstra seperti harus mencharter boat akibat keterlambatan schedule. Semua  karena imbas dari kasus Lion Air ini. Sepanjang malam kami harus menonton berita mengikuti kasus Lion Air ini. Setelah menonton berita, kami mendapat informasi bahwa tiket yang sudah dibeli bisa diurus ke pihak maskapai.
22 Februari 2015.
Saat berada di Bandara Lombok (sebelum kembali ke Jakarta) kami mampir ke loket office Lion Air untuk mengurus kompensasi dan full refund akibat dibatalkannya penerbangan kami dengan Lion Air. Sesuai berita di media, penggantian berupa full refund senilai harga tiket dan kompensasi Rp. 300.000 dari Lion Air. Setelah diproses petugas Lion Air, kami sudah mendapat dokumen yang intinya sudah ada pernyataan FULL REFUND dari Lion Air dan hanya perlu mengirimkan bukti scan laporan tersebut ke pihak Traveloka untuk proses refund.
Dari kebijakan Traveloka tertulis:
Simpan bukti refund full fare tersebut baru kemudian cancel pemesanan lewat website Traveloka http://www.traveloka.com/faq/refund. Traveloka akan memprosesnya kepada Lion Air.
PERHATIAN: Refund full baru sah jika ada keterangan Refund Full Fare dari Lion Air.