Aparat Kepolisian dari Polres Poso dan Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) terus melakukan pengejaran terhadap kelompok bersenjata jaringan teroris Santoso. Pengejaran terakhir dilakukan pada hari Senin, tanggal 03 Maret 2014 pukul 13.00 WITA, dengan sasaran daerah Poso Pesisir.
Dalam pengejaran kali ini, dua orang anggota Kepolisian terkena tembakan, namun tidak menimbulkan korban jiwa. Operasi pengejaran tersebut merupakan pengembangan dari laporan masyarakat mengenai aktivitas kelompok bersenjata di Desa Kilo, Poso Pesisir.
Pada 04 Maret 2014 Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Sumarmo mengatakan, dalam operasi pengejaran ini ada perlawanan dari kelompok bersenjata, dan polisi membalasnya dengan tembakan. Dari baku tembak tersebut, dua personel Brimob Polda Sulteng mengalami luka. Mereka adalah Bripka Baharuddin dan Bharada Samsu Alam, yang selama ini berdinas di Datasemen B Poso. Baharuddin terkena tembak di paha, sedangkan Samsu Alam terkena di bagian perut.
Kedua korban dari aparat Kepolisian sudah dilarikan ke rumah sakit di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). untuk perawatan intensif. Kini keduanya sudah dioperasi dan dilakukan perawatan secara intensif.
Sementara itu, pada hari Jum’at tanggal 28 Pebruari 2014, aparat gabungan dari Kepolisian dan TNI mengamankan dua orang teroris di wilayah Poso Pesisit Selatan. Mereka adalah Rodik dan Adi alias Osep. Polisi menyita 1 unit Revolver, 1 bom pipa, dan 19 butir peluru.
Sebelumnya, yaitu pada 06 Pebruari 2014 pukul 11.00 s.d 11.45 WITA di Desa Padalembara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) terjadi baku tembak antara aparat Kepolisian dengan sekelompok orang bersenjata.Aparat Kepolisian yang terlibat dalam baku tembak tersebut terdiri gabungan Densus 88 AT Mabes Polri, Brimob Polda Sulteng dan dari Polres Kabupaten Poso. Sedangkan kelompok orang bersenjata tersebut diduga berasal dari perkebunan Bulok, Desa Tauncak, Kecamatan Poso Pesisir.
Baku tembak ini berawal saat aparat Kepolisian akan melakukan penggeledahan di sebuah rumah yang terdapat di Desa Padalembara, Kabupaten Poso, namun tiba-tiba mereka diberondong tembakan oleh sekelompok orang bersenjata yang tidak dikenal (OTK), yang diduga sebagai teroris. Akibat peristiwa tersebut, salah seorang aparat kepolisian terkena tembakan, namun tidak sampai tewas.
Terorisme memang sering diidentikan dengan aksi atau gerakan yang tidak wajar, dalam rangka mencapai tujuannya. Aksi atau gerakan teroris ini tidak dapat ditolerir, karena bertentangan dengan perikemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itulah, masyarakat Indonesia hendaknya selalu bersikap waspada dan menjauhi radikalisme – terorisme, sehingga ke depan tercipta suasana yang kondusif bagi pelanksanaan pembangunan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H