Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa untuk Sehat Lahir dan Batin

1 Mei 2020   17:45 Diperbarui: 2 Mei 2020   14:39 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 yang mewabah di seantero dunia akhir-akhir ini menyadarkan kita bahwa hidup sehat adalah dambaan setiap insan yang menetap di bumi nan fana ini. Kesehatan harus dijaga dan dipelihara bahkan dipertahankan agar manusia tidak tertular virus penyakit. Fenomena ini menyadarkan kita pula bahwa tiada seorangpun yang mau atau rela tubuhnya dihinggapi penyakit, apapun penyakitnya.

Wabah Covid-19 seolah mengevaluasi bahwa selama ini selalu abai akan kesehatan itu sendiri. Lebih parahnya lagi kita selalu abai terhadap cara berprilaku hidup sehat. Walhasil serangan penyakit seperti: alergi, flu, batuk, demam, sakit kepala, mual, mules, perih, kembung, gatal-gatal dan sebagainya disebabkan oleh diri kita sendiri.

Tahun 1948, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) memberi definisi, sehat adalah: "Suatu keadaan sehat jasmani, rohani, sosial dan bukan semata-mata bebas dari penyakit, kecacatan atau kelemahan".

Lalu dipertegas dalam regulasi kita, UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Jadi, kesehatan adalah hak semua warga negara tanpa terkecuali.

Hendrik L. Bluum seorang pakar ilmu kesehatan masyarakat mengemukakan konsepnya tentang derajat kesehatan  sesorang yang dapat dipengaruhi oleh beberpa faktor: Lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan faktor genetik (keturunan).

UU No. 36 tahun 2009 mengungkapkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dibutuhkan: Peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)  yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Sedikit koreksi konstruktif bahwa kekeliruan kerangka berfikir kita (umumnya masyarakat indonesia) selama ini adalah selalu terjebak pada bagaimana mengobati yang sakit bukannya bagaimana mempertahankan yang sehat. Sehingga paradigma pertama hanya melahirkan  upaya  memperbanyak rumah sakit dan penyediaan obat-obatan yang lebih banyak lagi.

Berbeda dengan paradigma terkini yang lebih cenderung meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan, pendidikan aplikatif  kesehatan  serta transformasi cara hidup sehat agar orang dapat menikmati kesehatannya secara mandiri.

Pembangunan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama (multi sektor) karena yang akan dicapai adalah terciptanya suatu bangsa yang sehat, produktif, mandiri, lebih tahan terhadap penyakit, bebas dari ketergantungan obat dan bebas dari pelayanan medis yang berlebihan.  

Berbicara mengenai kesehatan, agama sebagai pedoman universal dan aturan hidup komprehensif manusia juga memperbincangkannya. Bahkan Al-Qur'an, telah  jelas-jelas menganjurkannya. Walaupun tidak secara mendetail, berbagai himbauan agar kita menjaga kebersihan dan kesehatan. Entah itu kesehatan tubuh, pakaian, makanan, rumah, tempat-tempat berkumpulnya manusia, lingkungan dan alam sekitarnya.

Sehat Lahir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun