Bukan Cak Imin (H. A. Muhaimin Iskandar) namanya bila tak membuat "geger" negeri ini melalui gagasan atau "manuvernya" yang sering tidak diduga orang. Baru-baru ini jagat media sosial kita heboh karena cuitan Cak Imin: Â "Saya siap memimpin PSSI, biar beres, biar berprestasi, masuk gelanggang dunia" di akun Twitternya @cakiminNow.
Cuitan yang diposting pada tanggal 23 Januari 2018 pukul 10.57 itu sontak mendapatkan respons cepat dari penggiat media mainstream maupun media sosial kita. Tak lama berselang, berita media nasional kita langsung beredar ditambah dengar viralnya meme-meme Cak Imin terkait postingannya itu.
Pernyataan Cak Imin itu merupakan buntut dari mundurnya Edi Rahmayadi pada Kongres Tahunan PSSI di Bali baru-baru ini. Serentet kasus, mulai dari kekerasan suporter, melempemnya prestasi Timnas Indonesia, kasus pengaturan skor di liga tanah air, plus rangkap jabatan Ketua Umum PSSI dan Gubernur Sumatera Utara yang membuat dirinya harus mundur.
Meski berlatar belakang politisi, kesiapan Cak Imin adalah sikap keterpanggilnya ditengah sengkarut sepak bola Indonesia yang derajat penyakitnya sudah kronis. Kasus pengaturan skor yang sedang dibedah Satgas Anti Mafia Bola Polri dengan mayoritas melibatkan pelaku dari daerah ditambah orang lama PSSI adalah wujud nyata keakutan penyakitnya.
Sikap Cak Imin itu boleh jadi mewakili suasana batin kita sebagai bangsa besar dengan penduduk 265 juta (tahun 2018) yang rindu akan prestasi sepak bolanya dipentas dunia. Mengingat sepak bola adalah olah raga yang paling popular di jagat ini, termasuk di negeri kita.
Jumlah penduduk besar kita ternyata tidak linier dengan prestasi sepak bolanya sebagai akibat belum maksimalnya kuantitas kompetisi maupun kualitas pemainnya. Ikhtiarnya adalah melakukan terobosan baru melalui "penyehatan tubuh" PSSI sebagai induk olah raganya. Boleh jadi, ini yang akan dilakukan Cak Imin meskipun tidak mudah mewujudkannya.
Penulis kira, profesionalisme, sportivitas, sinergi, dan pentingnya integritas dalam tubuh PSSI menjadi sumbu utama bangkitnya prestasi sepakbola nasional. Sebagai politisi tentu Cak Imin faham betul bagaimana meramu semua itu menjadi resep jitu meningkatkan marwah sepak bola kita.
Sudah menjadi rahasia umum bila kompetisi sepak bola untuk jenjang usia muda sudah banyak, sebut saja Piala Soeratin, Haornas, U 21, dan U 19. Namun, kompetisi itu tidak mampu berbuat banyak terdongkraknya prestasi sepak bola kita di level Asia Tenggara, Asia maupun dunia. Aneh bukan!.
Cak Imin dikenal sebagai inisiator Liga Pekerja Indonesia kala beliau mejabat Menaker di era SBY yang kemudian diteruskan oleh Hanif Dakhiri hingga sekarang. Beliau juga inisiator Liga Santri Nusantara, gagasan itu kemudian dijalankan oleh Kemenpora. Kedua menteri itu nota bene kader Partai Kebangkitan Bangsa dibawah komando Cak Imin. Hal inilah, yang menjadi penguat Cak Imin siap menjadi ketua PSSI. Bukan tanpa alasan bukan!
Politik dan Sepak Bola
Ribut-ribut dan kekisruhan PSSI tak ubahnya seperti serial sinetron televisi. Judul berita "PSSI Bobrok" bukan barang baru. Majalah Tempo edisi 18 Januari 1986 pernah merilis berita kekisruhan PSSI setahun jelang Indonesia menjadi juara sepak bola Sea Games 1987 untuk kali pertamanya.