Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

May Day, Cak Imin, dan Buruh

1 Mei 2018   08:09 Diperbarui: 1 Mei 2018   09:27 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis kira, May Day harus dinikmati dengan suka cita dan riang gembira serta bebas dari kepentingan politik terlebih hari-hari ini adalah tahun politik. Yang tak kalah penting, jangan sampai hubungan buruh dengan industrial menjadi tidak baik.

Apapun ekspresinya, May Day hendaknya dihantarkan pada membagun harmonisasi antara pekerja dan pihak industri sehingga berefek pada terjaganya kesejahteraan para pekerja atau buruh itu sendiri.

Wujud Cinta Cak Imin

"Kelas yang mebanting ulang dari dini hari sampai malam, kelas yang mendapatkan upah cma cukup buat pengisi perut dan penutup punggung, kelas yang tinggal di bangsal seperti kambing dalam kandangnya dan sewaktu-waktu alami pukulan, kelas yang bisa kehilangan isteri atau anak gadisnya jika dikehendaki ndoro tuan".

Kalimat itu ditulis Tan Malaka kala ia tinggal di kampung halamannya Deli Sumatera setelah selesaikan studinya di Belanda akhir tahun 1919. Begitulah ia memberi gambaran terhadap pekerja atau buruh yang ia anggap nasibnya semakin tragis.

Di Indonesia, buruh melahirkan sejaharnya sendiri mulai dari kekelamannya hingga kini yang nampak mulai keluar dari zona tidak nyamannya. Mulai dari masa tanam paksa yang merupakan salah satu bentuk pekerjaan yang dilakukan buruh di masa penjajahan

Lanjut pada mulai munculnya organisasi buruh di masa pergerakan nasional, buruh ternyata berperan mengawal stasiun kereta, perkebunan, dan pabrik yang ada di Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan dengan tujuan supaya tidak lagi jatuh ke tangan penjajah.

Selanjutnya, berbagai organisasi buruh bermunculan pasca kemerdekaan. Bahkan, sebagian mereka mulai terlibat berpolitik. Tak jarang dalam beberapa kesempatan mereka turun ke jalan untuk melakukan aksi menuntut hak-haknya.

Berbeda lagi di masa orde baru, semua aktivitas buruh sama sekali dibatasi karena diidentikkan dengan komunisme yang dilarang. Penulis masih masih ingat dengan kasus Marsinah, seorang buruh yang kematiannya masih menjadi tanda tanya hingga kini yang kemudian ceritanya diabadikan dalam sebuah film.

Runtuhnya rezim orde baru, seiring dengan dibukanya keran demokrasi, tak heran pada masa ini bermunculan organisasi-organisasi buruh di Indonesia. Sekian lama dibungkam, memancing para buruh membuat wadah berserikat demi menuntut hak-haknya.

Rupanya belum cukup dengan itu, buruh di Indonesia kemudian menuntut supaya tanggal 1 Mei dijadikan hari libur nasional layaknya di negara-negara berkembang. Pada tanggal itu dianggap sebagai ruang buruh untuk sampaikan aspirasinya kepada pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun