Mohon tunggu...
Usep Supriatna
Usep Supriatna Mohon Tunggu... -

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Resolusi di Penghujung 2013

31 Desember 2013   22:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:18 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen pergantian tahun tidak pernah luput untuk dilewatkan dan tak pernah sepi untuk dirayakan. Tradisi menyambut kehadiran tahun baru jauh-jauh telah menjadi bagian dari kesibukan mereka yang merayakannya. Dari mulai berkumpul di lapang terbuka, yang dihadiri para pejabat dan selebriti, sampai kumpul-kumpul bersama tetangga di komplek-komplek perumahan, atau bahkan sekedar bakar-bakar jagung bersama keluarga. Meski disertai rintik-rintik hujan, ledakan mercon di udara disusul dengan semburatnya kembang api mewarnai kemeriahan malam pergantian tahun, seakan-akan tak pernah peduli bahwa di belahan bumi yang lain saudara-saudara kita tengah didera dengan berbagai musibah dan bencana.

Memeriahkan pergantian tahun dengan kegiatan-kegiatan pesta kembang api, konvoi kendaraan yang membuat macet, bunyi-bunyian terompet yang membikin bising, memang takada larangan khusus dalam ajaran Islam, tetapi melakukan sesuatu yang madharatnya lebih besar daripada manfaatnya, pesta pora yang sia-sia dan melampuai batas syariat, apalagi diisi dengan kegiatan maksiyat yang terlaknat, tidaklah pantas dilakukan oleh orang yang memiliki nalar dan akal yang sehat. Ajaran Islam tidak membenarkan tradisi penyambutan tahun baru sebagaimana yang biasa dilakukan sebagian orang selama ini. Terlebih ketika bangsa ini, masih didera dengan berbagai bencana dan yang deritanya dapat kita dirasakan, maka pesta pora yang menghambur-hamburkan uang, hanya akan membutakan mata hati dan nurani kita.

Bahkan sering luput dari perhatian kita, bahwa sebelum kita memasuki tanggal 1 Januari sebagai awal dari tahun baru, maka kita juga akan melalui tanggal 31 Desember sebagai penghujung tahun yang kita lewati. Akhir tahun juga seharusnya menjadi momen untuk kita kita tafakuri. Penghujung tahun sejatinya akan mengingatkan kita bahwa hakekat perjalanan manusia itu adalah menuju titik akhir dari pengembaraannya di dunia ini. Suka atau tidak suka, rela ataupun tidak rela, setiap insan tak dapat mengelak dari ajal yang senantiasa membayanginya setiap saat.

Kematian membayangi setiap makhluk bernyawa. Kematian, selain sebagai titik akhir dari kehidupan manusia di dunia, ia juga menjadi terminal bagi perjalanan selanjutnya menuju keabadian. Kematian bukanlah ketiadaan hidup secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia, dalam arti bahwa manusia yang meninggal pada hakekatnya masih tetap hidup di alam lain dan dengan cara yang tidak dapat diketahui sepenuhnya.

Keyakinan seseorang akan adanya kehidupan yang lebih baik setelah kematian, akan mengurangi rasa cemas terhadap datangnya kematian. Allah mengingatkan kita tentang adanya alam akhirat, yaitu alam yang akan dijalani manusia setelah kematiannya, yang lebih baik dari dunia. Dia berfirman, “Sesungguhnya negeri akhirat itu adalah kehidupan yang sempurna.” (QS. Al Ankabut : 64).

Salah satujalan untuk mendapatkan kesempurnaan dan kesenangan yang abadi di akhirat adalah kematian. Oleh karena itu, menurut Raghib Al-Isfahani, seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab, mengatakan, “Kematian yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana diriwayatkan, ‘Sesungguhnya kalian diciptakan untuk hidup abadi tetapi kalian harus berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain, sehingga kalian menetap di satu tempat”.

Maka, pergantian tahun bukan hanya kita jadikan momentum untuk menancapkan harapan-harapan di masa datang, tetapi juga kesempatan untuk selalu menghargai waktu yang diberikan-Nya kepada kita. Pemaknaan terhadap waktu yang paling fundamental adalah ketika kita menyadari bahwa perjalanan waktu itu merupakan perjalanan menuju kematian. Setiap insan harus menyadari bahwa hidup bukanlah kemauannya sendiri yang harus dijalankan semau-maunya. Dia harus menyadari bahwa hidupnya berada dalam posisi dan dimensi ganda. Dia bukan hanya sekedar makhluk yang mengada di dunia, tetapi juga mengada di akhirat. Hidup adalah amanah suci yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Ilahi, sehingga hidup harus memeiliki keberpihaan kepada kebenaran, memiliki tanggung jawab moral yang luhur dan tak pernah berhenti menyebarkan nilai dan gagasan kebenarannya dengan sikap dan perilaku yang nyata.

Tahun baru harus kita maknai sebagai upaya menghargai waktu yang telah diberikan Allah. Waktu memiliki makna yang amat penting namun sering sekali kita lupakan. Dalam pandangan Islam, waktu bersifat linier (lurus), artinya ia selalu bergerak ke depan dan tidak pernah berbalik ataupun berputar ke masa yang silam. Islam tidak mengenal istilah reinkarnasi. Waktu adalah makhluk Allah yang selalu diciptakan baru. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali dia berseru, "Wahai putra-putri Adam, aku waktu, aku ciptaan baru, yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat."

Seorang ulama/penyair berkata, ”Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala, melintasi pulau, kota, dan desa, membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu, selain Tuhan, tidak akan mampu melepaskan diri darinya.”

Pergantian tahun, menjadi momentum bagi setiap insan untuk mengevaluasi dan melakukan resolusi agar selalu membawa perubahan yang lebih baik dimasa datang. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr : 18).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun