Mohon tunggu...
Usep Supriatna
Usep Supriatna Mohon Tunggu... -

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lesson Study Membangun Komunitas Belajar

13 November 2012   13:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:28 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

19%

16 Negara Sedang Berkembang

34%

22%

18%

26%

Tabel  :  Kontribusi Guru, Manajemen, Waktu Belajar dan Sarana Fisik terhadap

Prestasi Belajar Siswa

Pembelajaran yang bermutu sangat tergantung pada guru yang bermutu. Sebagai tenaga pendidik professional, guru harus selalu berorientasi pada peningkatan profesionalitasnya, jika tidak ingin terlindas dan tertinggal oleh perkembangan jaman.

Peningkatan profesionalisme bagi seorang guru adalah keniscayaan. Berbagai upaya harus terus dilakukan, baik secara individual maupun kelompok. Kegiatan-kegiatan MGMP, seminar-seminar, pelatihan-pelatihan dan lain-lain, adalah bentuk-bentuk yang bisa dijadikan alternatif untuk meningkatkan profesionalisme. Tentu saja yang paling penting lagi adalah niat dan itikad yang kuat untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik.

Paradigma pembelajaran dewasa ini yang semakin terbuka, menuntut guru untuk menyikapinya. Sekolah kini bukan sekedar tempat mengajar bagi guru, tetapi tempat kegiatan belajar semua pihak, baik guru, siswa maupun masyarakat.

Pergeseran paradigma mengenai sekolah sebagaitempat belajar ini menciptakan suatu suasana baru yang disebut Komunitas Belajar (Learning Community). Senge (1990) mendefinisikan Komunitas Belajar sebagai: Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama. Misi dari Komunitas Belajar ini diantaranya adalah bahwa : a) Sekolah menjamin hak-hak belajar setiap siswa, b) Sekolah memastikan bahwa pembelajaran berkualitas tinggi, dan c) Sekolah mendorong pertumbuhan profesional guru sebagai ahli pendidikan.

Komunitas Belajardalam lingkungan sekolah dilakukan sebagai konsep penting dalam pengembangan budaya dan kualitas sekolah. Beberapa kajian menunjukkan bahwa peran, fungsi dan pengaruh Komunitas Belajar ini dapat membantu profesionalitas guru dan prestasi akademis siswa serta meningkatkan mutu sekolah.

Paling tidak ada 5 (lima) elemen dasar bagi terwujudnya Komunitas Belajar ini, yaitu :

1.Berbagi nilai dan norma mengajar.

Saling berbagi diantara para guru, khususnya dalam pengalaman mengajar, akan menciptakan norma kebersamaan, dan akan menghindari konflik internal yang negative dan destruktif, sehingga tidak menghambat sekolah dalam mengemban visi dan misinya.

Elemen dasar ini dalam membangun Komunitas Belajar ini akan mampu menciptakan profesionalitas guru yang memiliki norma dan nilai sehingga mewarnai kegiatannya di ruang belajar.

2.Fokus secara kolektif terhadap belajar siswa

Pusat perhatian guru secara kolektif harus ditujukan untuk kebutuhan pengembangan cara belajar siswa, agar guru memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap hasil akademis belajar siswa

3.Kolaborasimengajar

Guru harus terlibat secara penuh dan aktif dalam setiap pertemuan dan diskusi yang membahas tentang kontribusi guru dalam meningkatkan sikap belajar siswa dan peningkatan kualitas sekolah.

Upaya ini akan dapat dilakukan bila setiap anggota komunitasmemiliki sikap rela untuk dikritik dan mengritik tentanggaya mengajar masing-masing, termasuk kolaborasi dalam penyiapan material dan teknis mengajar serta menyusun instrument evaluasi.

4.Deprivatisasi praktis mengajar

Dalam proses saling memberi kontribusi dan kritik dalam mengajar, guru tidak akan merasa bahwa metoda dan strategi mengajarnya dianggap paling benar. Guru memiliki keleluasaan untuk sesegera mungkin memperoleh masukan melalui proses observasi teman sejawat. Tidak seperti dalam penilaian formal oleh kepala sekolah atau pengawas dalam supervise pendidikan.
Guru akan lebih banyak berdiskusi untuk saling member masukan secara intensifmengenai gaya mengajar yang tepat sehingga rasa percaya diri dan saling menghormati diantarapara guru akan terjadi sehingga menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif.

5.Dialog reflektif Pasca Pembelajaran

Dalam dialog reflektif, guru akan mudah untuk menyadari kekurangan dan kesalahannya dalam mengajar. Dalam dialog ini juga akan saling mempertanyakanasumsi dasar yang mereka miliki tentang mengajar. Selain itu, dalam dialog reflektif ini anggota komunitas akan saling membangun komitmen serta memberi kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Komunitas Belajar akan terbangun manakala didukung budaya sekolah yang diciptakan oleh stake holder (pihak sekolah dan masyarakat). Upaya ini juga harus melekat dalam struktur dasar manajemen sekolah. Partisipasi masyarakat secara nyata dalam manajemen sekolah juga menunjang terbangunnya komunitas ini.

Bentuk-bentuk kegiatan yang sudah ada mengenai proyek pengembangan profesi guru selama ini, seperti MGMP, KKG, LKG dan sebagainya, harus mampu mendorong terciptanya Komunitas Belajar, sehingga ekselensi (keunggulan) dari wadah ini bisa dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.

Salah satu model pengembangan profesi guru yang sekarang digulirkan yaitu Lesson Study (LS). Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Melalui komponen PLAN (perencanaan mengajar), DO (pelaksanaan) dan SEE (refleksi/diskusi pasca pembelajaran) , Lesson Study memenuhi elemen dasar membangun Komunitas Belajar, seperti yang dikemukakan di atas.

Pengalaman implementasi kegiatan Lesson study yang selama ini dilaksanakan di kabupaten Sumedang dan beberapa kabupaten lainnya, telah memberikan dampak yang sangat positif bagi semua pihak, terutama bagi sekolah, guru dan siswa. Beberapa diantaranya adalah :

1.Bagi Sekolah

a.Guru yang sering mengikuti kegiatan LS, menunjukkan kinerja yang lebih baik, setidaknya dalam kegiatan pembelajaran di sekolahnya.

b.Dukungan moril dan materil dari para pimpinan sekolah semakin meningkat. Setiap kegiatan implementasi LS, selain dihadiri oleh guru peserta, juga kepala sekolah. Kehadiran pimpinan sekolah ini akan memberi motivasi bagi guru untuk mengikuti untuk terlibat pada setiap kegiatan LS.

2.Bagi Guru

a.Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai model-model atau strategi pembelajaran. Sebab, setiap dilaksanakan open class, guru berusaha untuk menerapkan model-model pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam open class sebelumnya.

b.Tumbuhnya prinsip kolegalitas diantara guru-guru mata pelajaran, khususnya yang sejenis. Hal ini ditunjukkan dengan semakin efektifnya kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Prinsip kolegalitas ini merupakan salah satu faktor untuk membangun Komunitas Belajar (Learning Communities).

c.Guru banyak mendapat pengetahuan dan pencerahan, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran, dari teman sejawat, para dosen pembimbing, bahkan juga dari Tim JICA (Japan International Cooperation Agency), yang memberi dukungan pada kegiatan LS di Indonesia.

3.Bagi Siswa

a.Suasana pembelajaran lebih menyenangkan, karena kemasan materi pelajaran disajikan lebih menarik, sehingga mengubah persepsi siswa terhadap pelajaran matematika yang dianggap sulit, menakutkan dan menjemukan.

b.Siswalebih banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaan, karena guru sering menggunakan model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

c.Siswa dituntut untuk tampil menyampaikan presentasi hasil kerja kelompoknya

d.Siswa yang mengalami kesulitan belajar, mudah dideteksi, karena guru model aktif memperhatikan dan membimbing kelompok. Selain itu juga observer bisa mengamati aktifitas individu siswa dalam kelompok dan hasil pengamatannya itu disampaikannya pada kegiatan refleksi.

Menurut Didi Suryadi (2011), Guru sebagai tenaga profesional yang dituntut memiliki kompetensi pedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi social, merupakan syarat perlu bagi setiap guru. Akan tetapi juga, upaya peningkatan kemampuan secara terus-menerus (continuous improvement) merupakan syarat cukup yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Lesson Study merupakan salah satu alternatif upaya yang bisa digunakan guru untuk melakukan  continuous improvement dalam rangka membangun Komunitas Belajar.

Membangun Komunitas Belajar memang bukan pekerjaan yang berorientasi finansial, tidak seperti halnya seminar-seminar atau diskusi-diskusi di hotel bergengsi. Mungkin juga tanpa sertifikat atau piagam-piagam penghargaan. Namun, pekerjaan ini langsung menusuk pada jantung utama pendidikan, sehingga tidak sekedar obral retorika yang tidak memecahkan persoalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun