Ibu Zulaikha juga menekankan pentingnya bagi siswa untuk saling mengenal satu sama lain. Oleh karena itu, ia menerapkan sistem rolling (pergantian) tempat duduk bagi siswa setidaknya setiap satu atau dua bulan sekali. Dari sistem inilah, muncul cerita-cerita yang membantunya mengenali para siswa lebih dalam.
Kadang ada anak yang protes, bilang enggak mau duduk sama si ini atau si itu karena sering diganggu. Saya lalu tanya ke anak itu, kenapa dia sering mengganggu temannya. Dari proses itu lama-lama jadi terbuka, oh, ternyata dia begini atau begitu. Setelah itu kita coba ubah supaya dia enggak begitu lagi. Tetapi, kadang anak-anak juga bisa sadar dan berubah sendiri,” ujar Ibu Zulaikha.
Selain berganti teman sebangku, para siswa juga merasakan perubahan susunan tempat duduk. Dari yang berderet bisa berubah menjadi berkelompok, atau ditata menjadi bentuk “U”. Pergantian susunan tempat duduk ini dilakukan setiap sebulan sekali untuk menyegarkan suasana belajar. “Berkat sistem rolling, setiap siswa jadi pernah merasakan duduk dengan semua teman sekelasnya secara bergantian,” tambah Ibu Zulaikha.
Cita-cita yang Tercapai
Bagi Ibu Zulaikha, menjadi guru adalah cita-cita sejak kecil yang tercapai. Selain mengagumi sosok guru yang pintar, Ibu Zulaikha juga melihat keseharian guru mengajar di depan kelas dan diperhatikan oleh siswa-siswinya sebagai sesuatu yang menyenangkan. Cita-cita menjadi guru ini tercapai pada Juli 2014 ketika Ibu Marda resmi menjadi guru honorer. Hingga akhirnya, mulai Juni 2015, ia bertugas di sekolah tempatnya mengajar sekarang dan telah diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Tahun-tahun Ibu Zulaikha menjadi guru dipenuhi dengan banyak pengalaman berkesan, namun, yang paling berkesan datang dari cerita salah satu orang tua murid. Saat itu, Ibu Zulaikha memiliki seorang siswa yang ceria dan gemar membaca. Kegemaran itu membuat siswa tersebut memiliki wawasan yang bahkan Ibu Marda sendiri tidak ketahui sebelumnya. Namun, pada suatu hari, ketika siswa itu sedang mengunjungi neneknya yang tinggal di Pulau Jawa, ia berkata tidak mau kembali ke Lombok. Orang tuanya sudah berusaha membujuk selama hampir seminggu, namun sang anak berkukuh tidak mau kembali.
“Lalu, ibunya bercerita ke saya, ketika dibujuk ‘Ayo, apa tidak kangen dengan Ibu Guru Zulaikha? Kamu sudah ditunggu di sekolah’, anaknya langsung mau pulang ke Lombok dan bersekolah lagi. Mendengar itu, saya langsung menangis. Mungkin ini yang paling berkesan untuk saya karena bisa diingat oleh siswa sampai seperti itu,” tutur Ibu Zulaikha.
Hal itu semakin menyadarkan Ibu Zulaikha bahwa pengaruh seorang guru sangat besar terhadap siswanya, bahkan terkait hal-hal di luar pembelajaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI