Menjadi guru adalah kesempatan sekaligus tantangan untuk dapat berkontribusi mendukung perkembangan siswa. Itulah yang dirasakan Ibu Zulaikha (29), seorang guru di salah satu SDN 3 MIDANG. Ibu Zulaikha berbagi pengalaman menjadi guru dan pendapatnya tentang hal-hal yang penting dimiliki oleh setiap guru.
Waktu menunjukkan pukul 9 pagi di sebuah sekolah dasar negeri (SDN) di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Bel berbunyi dan siswa-siswi kelas 2 yang tengah bermain di koridor dan lapangan sekolah pun bergegas masuk ke kelas. Dengan tertib, mereka duduk di kursi masing-masing dan membuka buku pelajaran.
Siswa-siswi kelas 2C berjalan memasuki kelas setelah bel berbunyi.
Sehari-hari, siswa kelas 2 di SD tersebut menggunakan ruang kelas secara bergantian dengan siswa kelas 1. Mulai pukul 7.30 hingga 10 pagi, ruang kelas dipakai oleh siswa kelas 1, kemudian dilanjutkan oleh siswa kelas 2. Kelas 2 sendiri dibagi menjadi tiga rombongan belajar, salah satunya kelas 2C yang ruangannya terletak di sisi kiri gedung. Pada pagi itu, sedikitnya 28 siswa kelas 2C tampak siap mengikuti kegiatan belajar.
Tak lama, suara langkah kaki yang familiar mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu kelas. “Selamat pagi, Ibu Guru!” ujar para siswa bersamaan. “Selamat pagi, anak-anak,” ujar perempuan berkerudung yang baru memasuki kelas.
Ibu Zulaikha, guru tersebut, berjalan menuju mejanya yang terdapat di depan kelas. Ia lalu memerhatikan setiap siswa yang duduk rapi dalam kelompok-kelompok kecil. Wajah-wajah yang memancarkan semangat itu turut menumbuhkan semangat dalam dirinya. Wajah-wajah itu jugalah yang telah menjadi bagian dari kesehariannya selama hampir setahun terakhir. Selain mengingat wajah setiap anak didiknya, Ibu Zulaikha juga hafal nama dan sifat mereka masing-masing.
bagi ibu Zulaikha , sebagai seorang guru, mengetahui karakter anak merupakan hal yang paling penting. “karakter siswa di kelas tidak ada yang sama. tingkat pemahaman mereka pun berbeda-beda,” jelasnya. “misalnya, ada anak yang bisa matematika, tetapi kurang menguasai pelajaran lain. atau, ada juga anak yang kurang menguasai banyak pelajaran, tetapi bagus di sbk (seni, budaya, dan keterampilan). padahal, anak tersebut bukannya tidak bisa, tetapi hanya butuh waktu agak lama atau mungkin butuh metode pengajaran lain. kita tidak boleh menganggap dia bodoh atau sejenisnya karena setiap anak pasti mempunyai kelebihan.”
Bukan hanya itu, Ibu Zulaikha juga memahami bahwa setiap anak membutuhkan perhatian. “Ada yang mencari perhatian dengan bersikap sulit diatur, atau malah sebaliknya, menjadi pendiam dan penurut. Kita tidak bisa menyamakan anak yang satu dengan yang lain; yang penting adalah metode pendekatan ke anak. Kita perlu dekat dulu dengan anak. Kita ketahui dulu karakter anak itu seperti apa. Setelahnya, barulah kita bisa memutuskan bagaimana menghadapi anak tersebut,” lanjut Ibu Zulaikha.
Meningkatkan Semangat Belajar Siswa
Salah satu kendala yang sering Ibu Zulaikha temui saat mengajar adalah mood siswa. Ada kalanya suatu hal di luar sekolah bisa mempengaruhi mood siswa saat belajar di kelas. Meski anak-anak biasanya mudah kembali ceria, ada kalanya Ibu Zulaikha perlu melakukan pendekatan lebih agar anak dapat menceritakan masalah mereka sebelum diajak membicarakan hal-hal lain.
Selain itu, sesekali, untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan, Ibu Marda mengajak para siswa belajar di luar kelas. Hari itu, misalnya, Ibu Zulaikha mengajak mereka berkumpul di area halaman sekolah untuk belajar matematika dengan cara yang berbeda dari biasanya. Ibu Zulaikha meminta para siswa membuat barisan berdasarkan kelompok angka tertentu. Para siswa pun tampak antusias mengikuti instruksi-instruksi yang disampaikan