1/ Pada Sepasang MatamuÂ
Apakah mungkin, pada sepasang matamu
tumbuh sebuah pohon rindang
 dimana dapat kutemukan perasaan sejuk,
 juga keteduhan
 Aku mengira,
 pada sepasang matamu
 terdapat sebuah danau yang dalam
 tempat airmata dan kesedihanku
 dapat tenggelam
Barangkali, pada sepasang matamu
 aku dapat sejenak beristirahat,
 sekedar untuk melupa  sedih,
atau membuang sesak\
2/ Desember
Desember terlalu dingin,Â
kenanganmu
bisakah kutitipkan pada angin?
ia terlampau sakit untuk dinikmati
*
Di laci almariku kusimpan Â
cincin yang tak sempat kusematkan;Â
di jarimu yang manis
 warnanya masih tetap sama;Â
emas-kecemasan seperti senja
*
Desember lalu, merayakan tahun baru
tak ubahnya merayakan kepedihanku
Percikan kembang api  adalah luka paling nyeri dalam hati
*
Desember pagi ini terlalu dingin,Â
Bisakah kutitipkan kenanganmu pada angin?
 3/ Bila Kelak
Bila kelak kau membaca puisi ini
 --yang kutulis tanpa benar-benar kumengerti
 maka ketahuilah:Â
aku menulisnya saat mengingatmu.
Bila kelak kau mendengar puisi ini kunyanyikan
dan kau tahu betul aku tak pandai bernyanyiÂ
maka memejamlah
akan kau dengarkan senandung lirih suara hatiÂ
Bila kelak kau temukan puisi ini
pada selembar daun jatiÂ
yang gugur
kau akan tahu, betapa kesepian
telah membuatku sedemikian hancur
Bila kelak kau tak lagi melihatku menuliskan puisi,
entah itu tentang luka-duka atau sepiÂ
barangkali, saat itu  aku telah pergi.
4/ Sesuatu yang Tanggal
Kutanggalkan satu persatu kata rindu
 pada bait demi bait puisi-puisikuÂ
Kelak, akan hilang segala sesakÂ
tanpa harus mengabadikanmu dalam detak Â
Kutinggalkan kata demi kata bermakna dukaÂ
pada larik demi larik puisi lukaÂ
Kelak, akan musnah segala pilu; Â
akan hilang segala candu meratapimu Â
Dan biarlah...Â
Biar kutinggalkan mimpi yang  pernah kutunggalkan
Biar kutanggalkan asa yang hidup sebelum kau tinggalkanÂ
Kelak, akan lenyap segala senyapÂ
Akan mati segala sepiÂ
Dan aku, takkan mengingat-ingat namamu lagi.Â
Erka Krisna