Pertama, lamanya masa percobaan seringkali menjadi permasalahan.Proses peradilan yang berlarut-larut dapat menyebabkan hilangnya momentum dalam pemrosesan perkara dan hilangnya kepercayaan masyarakat  terhadap efektivitas sistem peradilan. Beberapa kasus korupsi besar membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan, sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap proses hukum.
Kedua, denda yang dikenakan belum tentu sebanding dengan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan korupsi tersebut. Lemahnya sanksi dan lemahnya penegakan hukum yang tegas dapat memotivasi pelaku korupsi. Dalam beberapa kasus, denda yang dikenakan mungkin terlalu rendah untuk memberikan efek jera yang diinginkan.
Ketiga, masih banyaknya kasus korupsi dan kegagalan dalam menangani pelaku korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dapat memberikan kesan bahwa undang-undang tersebut tidak berlaku sama bagi seluruh lapisan masyarakat. Tindakan-tindakan ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan menimbulkan ketidakpuasan terhadap sistem peradilan.
Reformasi Hukum dan Penegakan Hukum yang EfektifÂ
Pentingnya reformasi hukum dalam menangani kasus korupsi tidak bisa diabaikan. Perubahan diperlukan dalam beberapa bidang sistem peradilan untuk memastikan bahwa hukuman yang dijatuhkan sepadan dengan kejahatan yang dilakukan.
Pertama, terdapat kebutuhan untuk mempercepat proses pengadilan dan menyederhanakan prosedur pengadilan untuk menghindari perpanjangan waktu persidangan. Selanjutnya, perlu dilakukan penguatan ketentuan pidana UU Tipikor. Ada kebutuhan untuk menerapkan hukuman  yang lebih keras dan proporsional, dengan mempertimbangkan skala kerugian nasional dan dampak sosial dari tindakan korupsi. Hal ini akan memberikan efek jera dan menunjukkan keseriusan negara  dalam memberantas korupsi. Selain itu, perlunya penguatan kerja sama antar lembaga penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, kepolisian, dan kejaksaan untuk memastikan koordinasi yang efektif dalam mendeteksi dan menangani kasus korupsi. Untuk menjamin keberlanjutan upaya antikorupsi, penting juga untuk menyediakan sumber daya yang memadai dan dukungan  pemerintah yang komprehensif bagi penegakan hukum.
Peran Masyarakat dalam Pemberantasan KorupsiÂ
Pemberantasan korupsi bukan hanya  tanggung jawab aparat penegak hukum saja, namun juga tanggung jawab kolektif seluruh lapisan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan dampak negatif korupsi dan partisipasi aktif dalam melaporkan kasus korupsi sangatlah penting. Meningkatkan transparansi dalam penggunaan dana publik dan melibatkan masyarakat dalam memantau proyek pembangunan dapat membantu mencegah  korupsi. Organisasi masyarakat sipil, media independen, dan lembaga anti-korupsi non-pemerintah juga memainkan peran penting dalam memantau dan menyelidiki praktik korupsi. Dukungan masyarakat dapat memberikan tekanan moral dan politik pada pemerintah untuk meningkatkan upaya pemberantasan korupsi.
Kesimpulan
Membangun Masyarakat Bebas Korupsi Pemberantasan korupsi di Indonesia merupakan perjalanan yang panjang dan kompleks. Meskipun kemajuan telah dicapai di beberapa bidang, tantangan besar masih harus diatasi. Untuk mewujudkan perubahan yang berarti memerlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, Â penegak hukum, dan masyarakat. Reformasi hukum dan penegakan hukum yang efektif sangat penting untuk memastikan bahwa hukuman bagi pelaku korupsi sepadan dengan kejahatan yang dilakukan. Untuk membangun masyarakat bebas korupsi, kesadaran masyarakat dan partisipasi aktif dalam mencegah dan mengungkap kasus korupsi juga sangat penting. Pemberantasan korupsi bukanlah tujuan akhir, melainkan upaya yang berkesinambungan. Dengan upaya bersama, Indonesia dapat mengatasi masalah korupsi dan membangun masyarakat yang adil, transparan, dan berkeadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H