Bentuk kegiatan ini merupakan upaya pemberian suatu produk atau jasa dengan melibatkan aspirasi dari masyarakat setempat. Sifatnya semi-berkelanjutan, dilakukan pemantauan yang serius mulai dari perancangan hingga selesai dilaksanakan. Program seperti KKN Tematik, desa binaan, merupakan contoh kegiatan yang berbentuk pelayanan. Pada perancangan program, harus dilakukan identifikasi permasalahan atau social mapingyang representatif dari objek yang akan dikenai. Pada pelaksanannya, pelaku kegiatan pengmas berbasis service dapat menuntut peran serta dari kelompok masyarakat di tempat terkait kesepakatan mereka atas program yang dijalankan.
Empowerment atau pemberdayaan merupakan bentuk kegiatan paling sulit yang dapat dilakukan oleh mahasiswa. Pemberdayaan menuntut kesadaran dari masyarakat dan kepercayaan kepada mahasiswa yang akan melaksanakan program disana. Kegiatan pemberdayaan harus mengacu pada kebutuhan masyarakat dan kemauan masyarakat untuk mengembangkan sektor yang akan dikembangkan. Pendekatan bisa dilangsungkan dengan cara live-in atau hidup bersama selama beberapa waktu dan melakukan diskusi.
Pada kondisi ini mahasiswa dianggap tidak memiliki apa-apa dan semua sumber daya ada di masyarakat. kalaupun ada yang diberi, itu merupakan inisiator, atau pemantik untuk masayarakat dapat mandiri mengelola potensi. Seorang pelaku pemberdayaan mempunyai master plan yang jelas ( tentunya bertahun-tahun) hingga masyarakat yang melakukan pemberdayaan mampu berdiri sendiri menjadi lebih baik. Kegiatan pemberdayaan di ITB bisa saja kita temui di ranah pendidikan seperti sekolah anak jalanan, Â ataupun bentuk-bentuk sociopreneurship yang dilakukan oleh mahasiswa bisnis dan manajemen.
Ketiga bentuk di atas merupakan bentuk pengabdian masyarakat yang penulis simpulkan dari keikutsertaan kegiatan bermasyarakat. Tidak ada yang lebih baik antara satu bentuk dengan yang lainnya. Layaknya seorang yang punya kaki mempunyai opsi untuk berjalan dan yang tidak memiliki opsi untuk merangkak, yang salah adalah yang tidak bergerak. Setiap bentuk tersebut, penting sekali untuk kita ketahui kondisi aktual dari objek agar yang kita laksanakan minimal tidak membawa dampak negatif disana. Dibutuhkan kedewasaan dari masing-masing individu dan lembaga untuk menyadari potensinya untuk dapat memberikan manfaat seluas-luasnya. Ingat, sebaik-baik kita adalah yang paling bermanfaat untuk sekitar.
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, kita akan banyak belajar tentang menghargai hidup. Rasa syukur mengingat nasib kita yang ternyata menempatkan kita pada piramida tertinggi strata kehidupan manusia. Kita dituntut untuk mengurangi sifat kita yang oportunis untuk menghadapi kehidupan bersama. Jangan melulu mempermasalahkan waktu untuk kita melakukan pengabdian masyarakat, kalau perlu siapkan sksmu untuk melakukan kegiatan apapun untuk masyarakat sekitarmu, dari hal yang kecil.
Kalau kamu gak punya gerakan, ikut gerakan yang sudah ada. Kalau sudah ikut bergerak, buatlah inovasi, buatlah gerakan baru bila dibutuhkan. Bahkan kalau mampu, silakan rambah ke tingkat pelayanan dan pemberdayaan. Semakin kita menapaki tingkatan pengabdian yang lebih tinggi, yakinlah akan didapatkan kepuasan batin dan hikmah yang besar pula. Alih-alih melaksanakan tuntutan mengabdi, kita malah mendapat pembelajaran kehidupan yang sangat berharga.
Penulis sendiri menyarankan kepada mahasiswa-mahasiswa secara individu mempunyai waktu yang diluangkan untuk berinteraksi dengan masyarakat minimal sekali seminggu. Mengajar ngaji di masjid sekitar kosan, mengobrol dengan penjual makanan yang selama ini kita beli, nongkrong di tongkrongan anak muda sekitar kosan, untuk menumbuhkan semangat kepedulian. Begitupun untuk lembaga seperti organisasi dan himpunan, diharapkan dapat lebih kreatif lagi dalam melakukan pengabdian. Tidak melulu harus membawa inovasi yang berbasis keprofesian, mulai dari kegiatan sederhana yang memuat nilai-nilai yang luar biasa. Misal, kunjungan ke rumah kanker dan meminta anak-anak atau pengurus menceritakan hebatnya mereka. Kalau hal sederhana seperti itu saja tidak dilakukan, bagaimana kita mau melabel divisi kita sebagai pengabdian masyarakat atau pengembangan masyarakat.
Epilog : Bentuk apapun, Siapapun, tapi harus dari sekarang
Kamu adalah masa lalumu, masa mendatang merupakan bentukan dari masa kini. Pernahkah menemukan kebahagiaan terbesar melebihi nikmatnya berbagi dengan orang lain yang kita cintai ?. Pernahkah kamu mengikuti lomba, mendapat nilai sempurna, menjadi organisator, lalu mendapat hadiah berupa uang dan pelukan dari orang tua. Pertanyaannya, mana yang lebih indah ?. Jangan sampai masa tua kita hanya diisi oleh menerima uang dari anak cucu kita. Jangan sampai masa tua kita hanya mendekam dalam bilik-bilik kecil, karena kita hanya mempunyai harta dan tidak bisa berbincang dengannya. Mulailah belajar bermasyarakat dari sekarang.
Ingatlah, setelah kita lulus, kita adalah masyarakat itu sendiri. Maka beruntunglah yang masa tuanya, bahkan masa mudahnya bisa bermanfaat besar untuk orang-orang sekitarnya. Pendirian sekolah, komunitas baca, industri berbasis masyarakat. Maka saat kita mati kelak, akan ada orang-orang yang menangisi kehilangan kita selain keluarga kita. Maka saat malaikat bertanya, hidupmu untuk apa?, kita menjawab, "hidupku sesuai tuntunan tuhanku, memberikan manfaat untuk agama, bangsa, dan negeriku". Maka mulailah memupuk semangat itu dari sekarang, karena dimana ada masalah, disana ada solusi dan hanya butuh orang yang peduli untuk mempertemukan keduanya.
Selamat berinovasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H