Pertama, konsentrasi menurun Ketika seseorang bekerja sambil duduk, tulang belakang akan jadi tegang karena terlalu lama membungkuk atau melengkung. Oleh karenanya, paru-paru tidak akan mendapatkan ruang untuk mengembang cukup besar. Jika paru-paru terimpit, seluruh tubuh akan menerima kadar oksigen yang lebih sedikit, apalagi karena sirkulasi juga akan terganggu kalau tidak cukup bergerak. Kurangnya oksigen yang diterima otak bisa menyebabkan turunnya konsentrasi. Bekerja pun jadi lebih sulit dan tidak fokus.
Â
Kedua, meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung Sebuah studi yang dilakukan oleh Aerobics Research Center di Amerika Serikat menunjukkan bahwa aktivitas fisik mampu mengurangi risiko stroke pada pria hingga sebesar 60 persen. Penelitian lain yang diterbitkan dalam Nurses’ Health Study membuktikan bahwa wanita yang cukup bergerak atau beraktivitas fisik memiliki peluang terhindar dari stroke dan serangan jantung sebesar 50%. Maka, orang yang terlalu sering duduk bekerja atau bermalas-malasan di depan layar komputer memiliki risiko cukup besar mengalami stroke.
Â
Ketiga, gangguan fungsi kognitif Mereka yang menjalani gaya hidup sedentari atau malas gerak cenderung lebih mudah mengalami berbagai gangguan fungsi kognitif dalam jangka panjang. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan fungsi otak menurun. Aktivitas fisik mampu merangsang aliran darah yang penuh oksigen menuju otak serta memperbaiki sel dan jaringan otak yang mulai rusak. Bergerak dan berolahraga juga akan menumbuhkan berbagai sel saraf baru dalam otak. Hal ini membuat otak semakin tajam dan daya ingat semakin kuat.
Â
Keempat, menyebabkan resistensi insulin Kalau Anda menghabiskan kira-kira 70 persen dari waktu seharian dengan duduk dan tiduran, Anda berisiko mengalami resistensi insulin. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah sehingga peluang terserang diabetes pun meningkat. Apalagi, biasanya sambil duduk atau tiduran, orang-orang cenderung mencari camilan yang kurang sehat. Camilan tersebut bisa jadi mengandung gula yang sangat tinggi, misalnya es krim, permen, cokelat, atau minuman kemasan yang manis.
Terakhir, memicu osteoporosis Tubuh manusia sudah dirancang sedemikian rupa untuk terus bergerak secara aktif agar bisa bertahan diri. Otot dan tulang harus dilatih setiap hari agar tetap sehat dan kuat. Kebiasaan malas gerak akan membuat tubuh kehilangan massa otot. Kepadatan tulang juga akan berkurang drastis. Jika dibiarkan, kondisi tersebut akan mengarah pada osteoporosis. Akibatnya, menjalani aktivitas sehari-hari pun jadi lebih sulit karena Anda semakin lemas dan cepat lelah. Jadi manfaatkan waktu sebaik-baiknya, boleh mager namun jangan sampai berlebihan dan menimbulkan dampak buruk.Â
Saran
Mager atau malas gerak bukan karena teknologi, melainkan karena mindset. Mindset-lah yang membuat kita jadi bergerak atau diam aja. Kita tergerak untuk memanfaatkan teknologi untuk kebaikan itu juga karena mindset. Jadi hati-hatilah dengan mindset, kalau kita selama ini malas gerak, berarti memang kita membiarkan pikiran kita mengendalikan rasa males tersebut menguasai hari-hari kita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H