Menggapai lillah-Nya merupakan kewajiban untukku
Namun, mencintamu juga hasratku yang tertunda
Tersekat pada benteng perbedaan yang mengurung kita
Pada detak jam yang terus bergulir menunggu waktu
Kapan dipersatukan dalam sebuah janji?
Mungkinkah akan bernasib sama dan kandas di ujung penantian?
Atau justru bertahan, meski tergerus lamunan ketidakpastian
Barangkali hanya menjadi angan yang pasi dan mati
Temaram lampu di kota berpias mengelilingi asaku
Yang kugantungkan dalam pelampiasanÂ
Pelarian karena kecewa yang merenggut percayaku
Pada cinta-Nya dan cintamu yang berlainan jiwa
Tuhan, bukan aku tak mau untuk berpasrah
Tapi mengapa dipertemukan, jika tidak bisa menjadi satu?
Haruskah aku mengalah?
Merelakan kepingan hati yang tidak tersapu
Bahagianya adalah aku
Dan bahagiaku adalah dirinya
Namun, tidak demikian pada takdir yang menggariskan kita menjadi ketidakmungkinan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H