Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rayu Puja Sang Merpati Putih

10 Februari 2022   21:21 Diperbarui: 10 Februari 2022   21:25 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelataran rumahku masih bersih

Hanya ada bekas dedaunan yang gugur dari dahannya

Serta serbuk benang sari yang berterbangan ditiup angin lara

Ditinggalkannya bercak kenangan yang perih

Tepat pukul lima sore tadi

Kita bertemu kembali di tempat yang lalu

Tempat dimana kita bertemu pada saat bulan merindu

Memintal kepahitan yang sama-sama kita alami

Tiada yang pernah indah sejak kala itu

Saat matahari menyembulkan kehangatannya

Melalui kabut gelap selepas gulita

Berganti dengan lugunya langit yang membiru

Retorika dari sebuah masa percintaan

Yang apatis dan sarkastis

Buah dari cibiran gairah birahi yang diciptakan

Telah menggariskan cerita yang begitu manis

Melepaskan hasrat dari permukaan yang lembut

Sampai menyusup ke sela-sela badan

Merambat dan tersemat dari balik selimut

Oh Tuhan, tiada tara keindahan bagi setiap pasang insan

Bibir kita beradu

Membisikkan buih-buih kenikmatan

Melekat dalam sehelai kain belacu

Sedikt terangkat ketika kita mulai permainan

Sampai puas, kita kembali pada dunia

Mengatakan bahwa tiada cinta yang abadi

Dan tidak ada rasa yang pantas untuk diagungkan

Semua hanya formalitas dan akan hilang sampai ujung persimpangan

Begitu kata merpati yang kutemui setelah kau mencari pengganti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun