Lepuh pijar masih menggantung
Bayangannya menyatu dengan tirai bambu kuning di sebelah sana
Airnya pun telah menetes dari balik dahan dan jendela
Rupanya ada sekelabat angin yang datang terhuyung-huyung
Namun, kilau neon telah padam lebih dulu
Disambar petir pulang petang tadi
Setelah genap dua tahun tak terungsi
Mungkin, sudah tiba waktunya untuk ia mengabu
Tapi kekasihku tak kunjung kembali setelah berpamit
Ditinggal aku seorang diri dengan aral yang pasti
Dalam risau pelepasan yang terus berkelumit
Aku bertanya pada muka cermin, tapi tak diberinya satu solusi
Lalu, awan menghampiriku dengan membawa kabar
Dalam amplop putih lusuh berbingkai perangko
Bukan sepucuk surat yang diterbarnya
Melainkan, sepenggal kata dalam diagnosis sebuah wabah
Yang menjadi peninggalan terakhir sebelum ia pergi
Kini, aku benar-benar ditinggal seorang diri
Hanya mampu menangisi nasib dari kejauhan
Sebab, kekasihku telah dikremasi dalam peti kematian
Tuan, padahal kami telah membuat sebuah janji
Jatuh bertepatan di hari kemerdekaan 17 Agustus
Untuk bersama-sama melaksanakan upacara bernyanyi
Pada rimbunnya pepohonan di pekarangan kami yang tandus
Belum cukupkah malaikat kecilku diambil, Tuan?
Akan ada berapa banyak lagi "aku" yang menjadi sebatang kara?
Lara dalam binasa yang enggan memberikan sedikit iba
Masih saja, menggerogoti akar dalam kehidupan
Nestapa, itulah yang saat ini dirasakan
Selepas dibekap protokol kesehatan dan macam penyekatan
Ditambah pemutusan secara sepihak oleh para taipan
Melaratkan anak-anak yang lepas dari masa kekanakan
Tuan, besok sudah hari kemerdekaan
Bolehkah, kita berdamai dengan keadaan?
Dalam sehari saja, kita saling memeluk nurani
Memahami isi dari masing-masing memori
Sebab, di sana masih ada keluarga yang menunggu
Masih ada pula barisan pilu yang tertancap peluru
Semua terbenam dalam rasa yang berharmonisasi dengan melodi
Untuk sekadar menitip salam pada Ibu Pertiwi
Tidak apa, kita tidak bernyanyi
Tapi, Tuan izinkanlah negeri ini sejenak bersenda
Meskipun, terbatas sekat tembok baja
Namun, tetap sakral dalam balutan puja seorang abdi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI