Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Restorasi Pandemi

8 Juli 2021   16:06 Diperbarui: 8 Juli 2021   16:08 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkinkah Tuhan sedang marah pada kita?

Aku sengaja bertanya pada semesta, tapi tak ada yang berkata

Lalu, semesta melemparkannya pada diri

Tapi lagi-lagi diri tak mampu bersua karena terpaku pada hati

Apa tiada lagi belas kasih yang tersisa?

Sampai-sampai bumi dihujani wabah seperti ini

Wabah akan virus yang merebah dan enggan memberi iba untuk setiap tetes air mata

Tiba-tiba datang dan membawa jiwa-jiwa itu satu per satu menuju hari mati

Bermula dari Negeri Tirai Bambu

Virus itu berjalan sembari mengetuk dari pintu ke pintu

Masuk sebagai tamu, menyatu dalam aliran nafas dan darah manusia

Lalu, perlahan-lahan virus itu merasuk dan merenggut atmanya

Virus yang menamakan dirinya "corona"

Ia berhasil mengubah wajah manusia

Menjadi putih pucat karena ketakutan

Dibuat getir dalam keamatiran

Entah dari mana corona itu lahir

Manusia sibuk berspekulasi memperdebatkannya

Lagi-lagi kita lupa sebagai manusia pada hakikatnya

Cobalah, sekarang kita berpikir!

Kita ini pendosa, makhluk yang nista

Mulut, tangan, dan kaki kita tercipta sempurna

Tapi kita cacat dalam hal memuja pada Sang Khalik

Setiap hari kita kotor, seperti makhluk yang pelik

Subuh ke subuh, kita memintal benang dunia

Mengulum manisnya gula-gula keserakahan dalam-dalam

Bertengger seperti seorang pemerintah yang kejam

Meributkan perkara yang tak pernah usai dimakan masa

Apa ini belum cukup?

Coba tanyakan pada sukma yang masih ada di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun