Mungkinkah Tuhan sedang marah pada kita?
Aku sengaja bertanya pada semesta, tapi tak ada yang berkata
Lalu, semesta melemparkannya pada diri
Tapi lagi-lagi diri tak mampu bersua karena terpaku pada hati
Apa tiada lagi belas kasih yang tersisa?
Sampai-sampai bumi dihujani wabah seperti ini
Wabah akan virus yang merebah dan enggan memberi iba untuk setiap tetes air mata
Tiba-tiba datang dan membawa jiwa-jiwa itu satu per satu menuju hari mati
Bermula dari Negeri Tirai Bambu
Virus itu berjalan sembari mengetuk dari pintu ke pintu
Masuk sebagai tamu, menyatu dalam aliran nafas dan darah manusia
Lalu, perlahan-lahan virus itu merasuk dan merenggut atmanya
Virus yang menamakan dirinya "corona"
Ia berhasil mengubah wajah manusia
Menjadi putih pucat karena ketakutan
Dibuat getir dalam keamatiran
Entah dari mana corona itu lahir
Manusia sibuk berspekulasi memperdebatkannya
Lagi-lagi kita lupa sebagai manusia pada hakikatnya
Cobalah, sekarang kita berpikir!
Kita ini pendosa, makhluk yang nista
Mulut, tangan, dan kaki kita tercipta sempurna
Tapi kita cacat dalam hal memuja pada Sang Khalik
Setiap hari kita kotor, seperti makhluk yang pelik
Subuh ke subuh, kita memintal benang dunia
Mengulum manisnya gula-gula keserakahan dalam-dalam
Bertengger seperti seorang pemerintah yang kejam
Meributkan perkara yang tak pernah usai dimakan masa
Apa ini belum cukup?
Coba tanyakan pada sukma yang masih ada di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H