Besarnya ketetapan PBB tidak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan, tapi justru di sinilah aku dan kawanku menemukan sebuah nilai kehidupan, yaitu kesadaran dan kepatuhan sebagai warga negara.
Kesadaran sebagai warga negara dan kepatuhan itu muncul ketika di ujung acara tiba-tiba datang seorang kepala desa yang terlambat. Begitu turun dari ojek yang mengantarnya, sang kepala desa langsung menuju petugas untuk mengambil SPPT PBB dan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh panitia. Proses itu tidak lama, mungkin hanya berlangsung selama 30 menit, dan sang kepala desa pun bersiap-siap kembali untuk pulang.
Sesaat sebelum pulang, bapak itu bercerita bahwa dia terlambat karena jalan yang dilaluinya rusak berat sehingga perjalanannya menempuh waktu yang lumayan lama. Kalau biasanya waktu maksimal yang diperlukan 6 jam, kini dia harus memutar mencari jalan baru sehingga hampir menghabiskan 8 jam perjalanan. Total perjalanan yang dia butuhkan waktuitu berarti 16 jam perjalanan pulang pergi hanya untuk mengambil SPPT PBB yang nilai total ketetapannya tidak sampai 500 ribu rupiah dalam satu desa.
Pengalaman inilah yang membawa kesan mendalam bagiku, bahwa nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme masih tertanam kuat di lubuk hati seorang kepala desa yang tinggalnya nun jauh di sana, di balik bukit-bukit kecil di Kalimantan Barat. Dengan pengorbanan yang tinggi, sang kepala desa rela menempuh perjalanan jauh sebagai bukti kesetiaan warga negara akan kewajibannya sebagai pembayar pajak.
Rasa tanggung jawab aparat pemerintah beliau tunjukkan dengan sungguh-sungguh menyampaikan SPPT pada warganya. Sebagai informasi, sebagian wilayah Kalimantan Barat berbatasan dengan Negara Malaysia. Bahkan di kota tempat kami melakukan sosialisasi, siaran radio negara tetangga terdengar jelas. Di saat akhir-akhir ini rasa nasionalisme terkikis, ternyata kami masih menemukan nilai patriotisme di daerah-daerah terpencil di sela-sela lebatnya rimba di pedalaman Kalimantan, padahal nikmatnya pembangunan belum sepenuhnya mereka rasakan. Di saat kami mengadakan acara tersebut PLN mengadakan giliran pemadaman, listrik menyala hanya dari jam 5 sore sampai jam 6 pagi, sehingga acara tersebut terselenggara dengan menggunakan wireless dan listrik diperoleh dari tenaga diesel.
Di era modern ini marilah kita tunjukkan semangat patriotisme sebagai pegawai pajak dengan bekerja sebaik-baiknya. Kita masih beruntung menikmati tunjangan lebih dari pegawai negeri biasa. Bandingkan dengan kepala desa di atas, tunjangan yang mereka terima mungkin jauh dari yang kita nikmati saat ini. Tetapi pengorbanan yang tulus mereka tunjukkan dengan kesungguhan mereka untuk memungut pajak bagi warganya.
Meskipun kehidupan di negara tetangga lebih menggiurkan, fasilitas negara tetangga juga kondisinya jauh lebih baik, tetapi ada nilai dari pajak yang selama ini jarang kita ungkap ke permukaan, “bahwa pajak adalah salah satu ikatan warga negara pada bangsanya, didalamnya terkandung nilai nasionalisme dan patriotisme yang tinggi”.
Oleh Ari Pradono dalam buku berkah modernisasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H