Mohon tunggu...
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki Mohon Tunggu... Dosen - Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Memiliki banyak teman adalah kebahagiaan yang tak terkira. Senyum selalu dalam menjalani hidup akan memberi makna yang membekas dalam tiap bait hari-hari

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Caraku Menjadi Menantu pada Mertua

13 Juni 2024   03:59 Diperbarui: 13 Juni 2024   04:43 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari saya mengamati seorang teman. Dia sering kali diceritakan oleh tetangga bahwa ia hanya memperdulikan orang tuanya daripada mertuanya. Saat itu saya mulai penasarann kok bisa, lebih memilih orang tua yang seharusnya berbuat yang sama baik sama orang tua atau metua?. Saat itu umur saya masih 18 tahun, baru saja lulus SMA. Aku belum mengenal namanya pacara yang sampe mendatangi rumah. Dari situ saya penasanan, kok bisa ada kejadian seperti yang demikian.

Setelah masuk kuliah, saya mulai mengenal seorang teman perempuan yang bisa dibilang ada sedikit rasa dengannya. Lalu selang satu semester, diajaklah main ke rumahnya. Saat itu, aku merasa canggung dan malu, namun keadaan menuntutku untuk bersikap selayaknya seorang tamu. Dari kejadian itu, aku merasakan berbagai persaan yang hampir semuanya adalah kecanggungan. Aku pikir itu akan berlaku pada hari pertama saja saat bertemu dengan carmer hingga menjadi metua. Ternyata tidak.

Tiga tahun kemudian aku memutuskan untuk seirus sama pacar saya yang sekarang alhamdulillah sudah menjadi istri. Rasa canggung dan malu masih menghantui saya. Hingga aku membangun prinsip-prinsip yang harapannya menjadi menantu yang layak dikatakan menantu yang baik.

Sejak saat itu, saya memutuskan diri untuk membangun Relasi Mertua Menantu. Berikut prinsip-prinsip yang saya gunakan dalam memabangun relasi dengan mertua.

Mulailah dari hati

Hal yang paling penting dalam bertindak adalah memulai dari hati. "Sesuatu dari hati maka akan sampai ke hati". Itu adalah prinsip utama yang saya amalkan sampai saat ini. The Power Of vibration (kekuatan getaran) itu benar-benar terjadi dalam hidupku. Sebuah kekuatan dari dalam yang mengubah segalanya.

Sebelum aku bertemu mertua, biasanya aku menata hati dulu. Segala tindakan aku sandarkan pada keikhlasan. Lagi-lagi harus dikembalikan  pada prinsip pertama, mulailah dari hati. Sebagai contoh,  orang yang sedang murung, tentu sekelilingnya akan canggung menegur. Hati merupakan pintu dunia yang kita akan ciptakan. Bagaimana orang bersikap bergantung pada hati kita.

Jadilah Menantu Idaman

"Menjadi menantu idaman adalah keharusan bagiku". Kata itu saya semat sejak jauh-jauh hari sebelum menggenggam tangan mertuaku untuk mengucapkan ijab kabul. Karena beragama Islam, dalam Islam sesorang yang sudah menikah maka dia memiliki 4 orang tua. 2 orang tua kandung dan 2 orang tua dari istri (mertua). Kepada mereka kita harus berbakti dan berbuat adil.

Ajaran ini selalu aku pegang. Jika aku tidak kerjakan maka dosa bagiku.

Saya pikir berhubungan dengan orang lain, lebih-lebih istri dan mertua sudah seharusnya berbuat baik dan selalu menjalin hubungan yang harmonis. Akan ada timbal balik yang lebih banyak yang kita dapatkan dari apa yang kita berikan kepada keluarga.

Tunjukkan Kepedulian

Peduli adalah kata yang mudah diungkapkan, namun sulit untuk dilakukan. Sungguh tidak adil, jika peduli itu hanya diperuntukkan untuk anaknya (istri), namun enggan pada orang yang sudah bersusah payah membesarkan istri/suami (mertua). Peduli adalah kata kunci untuk mejalin relasi yang lebih baik dengan mertua.

Peduli tidak hanya diekspresikan dengan memberi uang atau barang yang berharga. Jika tidak mampu memberi uang, maka yang harus diberikan kepada mertua adalah tindakan. Tindakan, seperti membantu pekerjaan metua, lebih-lebih membantu apa yang tidak bisa dikerjakan oleh mertua itu sangat penting. Bukankah hidup ini bergantung pada cara kita? Saya rasa memberikan uang atau barang itu salah satu dari cara hidup kepada metua. Justri membantu dengan tenaga dan pikiran itu jauh lebih dihargai mertua dibandingkan memberikan urang setiap hari, minggu atau bulan.

Selalu Memuliakan Mertua dalam Komunikasi

Komunikasi yang baik dengan metua tidak kalah pentingnya. Posisikan diri sebagai orang yang hormat. Jangan sebaliknya ingin dihormati mertua. Sejauh pengalaman saya, ini sangat penting untuk diperhatikan agar hubungan dengan orangg tua maupun mertua tetap harmonis. Sopan dan santun sama mertua dalam berbicara itu adalah kewajiban seorang anak kepada orang tua. Rumus ini tidak terbantahkan.

Hampir tidak ada hubungan yang baik tanpa komunikasi yang baik. Dapat dipastikan, menantu yang tidak lagi akur dengan mertua, karena komunikasi yang tidak baik. Justru Chemistri antara menantu-mertua pintu utamanya adalah komunikasi. Mungkin kita bisa memberikan banyak hadiah berupa barang atau uang, namun kalau komunikasi masih kurang baik, maka pasti ada rasa canggung dan malu. Agar tidak terjadi komunikasi yang introvet maka selalu muliakan metua saat berkomunikasi baik via HP lebih-lebih saat tatap muka.

Jadikan Mertua sebagai Ladang Berbakti untuk Mengais Pahala

Saya mengatakan pada istri saya dan teman-teman dekat saya. "Metua kita mari kita muliakan karena beliau adalah orang yang sudah banyak berjasa pada hidup kita." Jika kita berbuat baik pada mereka, maka kita akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda baik di dunia maupun di hari kemudian.

Mumpung mereka sehat, berikan apa yang mereka dapat makan dan nikmati berdasarkan kemampuan kita masing-masing. Jika tidak bisa memberikan barang atau uang. Berikan tenaga dan perhatian untuk mereka.

Membiasaakan diri berdiskusi dan menerima pandangannya adalah cara terbaik untuk menghargai mereka. Satu cara untuk membayar semua jerih payahnya adalah bakti kita pada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun