Mohon tunggu...
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki Mohon Tunggu... Dosen - Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Memiliki banyak teman adalah kebahagiaan yang tak terkira. Senyum selalu dalam menjalani hidup akan memberi makna yang membekas dalam tiap bait hari-hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kejanggalan yang Menyenangkan

10 Maret 2024   04:50 Diperbarui: 10 Maret 2024   07:05 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Stelah keluar dari kamar mandi, mereka minta susu. "Bapak mintak susu", kata keduanya. Akupun mengiyakan. Lalu masuk dapur dan menyalakan Dispenser. Susu Dancow yang kami beli seminggu yang lalu sudah setengahnya habis. Awalnya, hanya Azima yang minum susu sebelum tidur, karena belum genap tiga tahun. Lama-lama Abyan iku dan tahu enaknya, dan sebelum tidur selalu minta susu juga.

Setelah susu habis, kamipun bergegas tidur. Abyan disamping kiriku. Diikuti ibunya, lalu Azima paling pojok. Kuminta Abyan untuk beroda. Lalu kupeluk dia sambil menghadap kanan. Tak sengaja tanganku menyentu tangan ibunya. Abyan melihat itu heran, senyum-senyum dan tertawa. Mungkin ia merasa geli melihat tanganku dan istri bersentuhan. Ibunyapun menyeriusi dengan memangambil tanganku untuk dijadikan bantal. Abyan merasa tambah geli dan tertawa.

"Lucu ya kakak", tanyaku penasaran.

"Ya, hahaha"

"Memang tidak boleh", tanyaku lagi.

"Boleh kok", jawabnya sambil tertawa geli.

Ibunyapun menambah ekting untuk menggenggam tanganku. "Gitu doang kan seru", kata Abyan sambil tertawa. "Kayak orang nikah saja", katanya lagi sambil terpingkal-pingkal. Karena terdengar janggal, Azima menegok lalu langsung loncat ke tengah antara ibunya dan Abyan. Kajanggalan itupun buyar dan Abyanpun berhenti tertawa. Azima memang paling marah kalau melihatku dan istri berdekatan. Itulah ekspresi seorang anak kepada orang tuanya. Aku dan istri tidak protes.

Di depan anak-anak kami memang jarang pegangan tangan. Sejauh ini, Abyan dan tidak pernah melihat kami pegangan tangan. Mungkin itu, sehingga kelihatan janggal dan lucu. Mungkin semua orang yang sudah punya anak mengalami hal yang sama atau tergantung kebiasaan di depan anak.

Memang, adanya anak mengurangi kemesraan, namun adanya anak akan menambah eratnya pernikahan. Karena ada buah hati yang harus dibesarkan setelah cinta didapatkan.

Benar adanya, cinta permulaannya. Lalu seiring awaktu berubah menjadi tanggug jawab. Cinta boleh bergeser dengan apa saja, namun tannggung jawab tidak akan bisa digeser dengan cinta lain. Itulah yang aku rasa sejak kehadiran Abyan lalu ditambah dengan Azima.

Hari ini usiaku bertambah, tanggung jawabku bertambah, cintaku bertambah, dan bahagiakupun bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun